BADUNG – Pegiat lingkungan dari Sungai Watch bersama para relawan berhasil mengumpulkan sekitar 70 ton sampah kiriman di sepanjang Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung. Jumlah itu didapatkan selama kegiatan yang sudah mereka mulai sejak 25 Desember 2024 sampai 5 Januari 2025.
“Ya, jadi sampah itu didominasi sampah plastik. Secara spesifik itu plastik cup (kemasan minuman),” ucap Made Ari Semara, salah satu anggota Sungai Watch, saat dihubungi detikBali, Minggu malam (5/1/2025).
Ari menjelaskan aksi bersih-bersih pantai, khususnya di Kedonganan dan sekitarnya dengan melibatkan 700 relawan dilakukan selama dua hari. Dimulai pada Sabtu dan Minggu, 4-5 Januari 2025. Menurut Ari, ada 21 ton sampah plastik yang dikumpulkan pada Sabtu kemarin.
“Sedangkan khusus untuk hari ini, kami dapat sebanyak 16 ton (sampah). Kami dapat bantuan volunteer 700 orang dari berbagai hotel, restoran yang ada di sekitar,” jelas Ari.
Lebih lanjut kata Ari, curah hujan tinggi di pesisir Kuta dan sekitarnya turut menghambat percepatan penanganan sampah pantai. Ari mengakui tidak berani membiarkan para relawan bergerak di luar pengawasan saat cuaca ekstrem.
“Sebetulnya kami sudah mulai sejak awal Desember 2024. Yang paling utama memengaruhi adalah cuaca ekstrem, di pantai selalu hujan. Kalau sudah begitu, kami putuskan untuk rehat,” sambung dia.
Menurut Ari, saat ini sampah plastik sudah dikumpulkan di sekitar Pantai Kedonganan untuk kemudian dipilah di gudang terbesar mereka di daerah Ketewel, Gianyar. Pengiriman akan dimulai pekan depan.
Ari menjelaskan pesisir barat Badung masih berpotensi mendapat kiriman sampah laut selama musim angin barat atau cuaca ekstrem. Musim cuaca ekstrem ini diperkirakan berakhir akhir Februari atau awal Maret 2025.
Ari menegaskan, salah satu bukti bahwa sampah laut yang terdampar di pesisir barat Kabupaten Badung adalah kiriman, dilihat dari dominan cup merk kemasan. Tim di lapangan, lanjut Ari, pernah menemukan barang-barang yang dibuang berasal dari daerah Jawa.
“Dua hari lalu kami temukan topi anak SD yang ada tulisan nama desa di topi anak SD itu. Salah satunya SD di Rogojampi, Banyuwangi. Selain itu ada nama-nama kemasan minuman,” tutur dia.
Ari menyadari fenomena sampah plastik yang menepi di Pantai Kedonganan dan wilayah pesisir selatan lainnya di Bali adalah fenomena unik. Sebab, meski sampah plastik sama-sama kiriman dari laut, tapi hanya di wilayah selatan yang banyak ditemukan sampah plastik.
“Sedangkan dari Pantai Double Six ke selatan sampai Kuta itu kami temukan hanya sampah kayu semua. Mulai dari Pantai Kedonganan sampai Dreamland itu plastik,” ujar Ari.
Penanganan sampah kiriman ini akan terus dilakukan. Mereka komitmen untuk bersama para relawan dan melibatkan Pemerintah Kabupaten Badung. (dtc/sb)