TABANAN – Prosesi pemelaspasan patung Wisnu Murti di Bundaran Kediri, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali digelar pada Jumat malam (23/12/2022). Prosesi itu disertai dengan penanaman empat kendi berisi 500 lebih permata beraneka warna di empat sisi patung.
Satu kendi ditanam Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya di sisi barat patung setinggi 6,5 meter itu. Satu kendi ditanam di sisi timur oleh Wakil Bupati I Made Edi Wirawan. Berikutnya, satu kendi di sisi utara oleh Ketua DPRD Tabanan I Made Dirga, dan satu kendi di sisi selatan oleh Sekda Tabanan I Gede Susila.
Penanaman 4 kendi permata itu merupakan bagian dari prosesi mendem pedagingan dalam rangkaian kegiatan pemelaspasan sekaligus peresmian patung garapan seniman I Nyoman Sudarwa tersebut. Sebelumnya, upacara secara keagamaan yang dipimpin Ida Pedanda Mas Putra Intaran dari Griya Perean dilakukan. Disusul dengan persembahyangan bersama.
Suasana pemelaspasan berlangsung khidmat. Meski sepanjang jalannya upacara hujan terus mengguyur disertai angin kencang. “Kalau kami, sesuai keyakinan di Hindu, Dewa Wisnu merupakan perlambang air. Hujan dan angin kencang ini pertanda Beliau menunjukkan kekuasaannya,” kata Bupati Sanjaya.
Ia juga menjelaskan penanaman 4 kendi berisi permata itu untuk memberikan taksu dan vibrasi yang baik. Sehingga ia bersama pimpinan OPD (organisasi perangkat daerah), DPRD, dan tokoh masyarakat memberikan permata.
“Untuk ikut memberikan atmosfer, taksu, atau vibrasi, bagi kebesaran patung Wisnu Murti ini saat mendem pedagingan,” ujarnya.
Sanjaya menyebutkan, secara pribadi menyerahkan sekitar 100 permata aneka warna ditambah jajaran pimpinan OPD, DPRD, dan tokoh masyarakat. “Kira-kira ada 500 lebih permata dan ditanam di empat penjuru mata angin. Saya kebetulan dapat (menanam kendi berisi permata) di bagian barat,” pungkasnya.
Pemelaspasan dan peresmian patung Wisnu Murti di Bundaran Kediri juga disambut suka cita oleh masyarakat setempat. Sehingga dalam peresmian itu, masyarakat adat Kediri menggelar kesenian Okokan.
Apalagi proses pemelaspasan dan pemelaspasan tersebut dirangkaikan dengan upacara nangluk merana yang bertujuan menolak bala atau menetralisir hal-hal negatif di alam semesta. (nor/dpra/dtc)