NUSA DUA – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Putu Supadma Rudana, mengatakan Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-144 di Nusa Dua, Bali, menjadi momentum bagi Indonesia umumnya dan Bali khususnya memulihkan sektor ekonomi dan pariwisata yang terdampak pandemi COVID-19.
“Kita bisa menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia telah mampu mengelola tantangan pandemi COVID-19 ini secara baik, sehingga kami harapkan momentum IPU ini menjadi pembukaan pemulihan kembali ekonomi, khususnya ekonomi pariwisata,” kata Putu Supadma, di Hotel Westin Nusa Dua, pada Senin (14/3).
Dia melanjutkan, momentum IPU ke-144 yang diselenggarakan pada 20-24 Maret di Nusa Dua, Bali, juga akan digunakan untuk membangkitkan kembali pariwisata Indonesia.
Selain itu, momentum IPU akan dimanfaatkan untuk mencari satu sisi bersama, terkait isu-isu climate change atau perubahan iklim dan isu yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan, serta penggunaan energi yang bersih.
“Kita gaungkan dan hari ini kita juga sudah melakukan dialog dengan para duta besar untuk menyampaikan bahwa Indonesia sudah siap menerima kunjungan dari berbagai pihak, khususnya parlemen dari seluruh dunia untuk dapat mengunjungi Indonesia dalam kegiatan IPU ke-144 di Bali,” katanya.
Menurut politikus Partai Demokrat tersebut, tantangan terbesar saat ini adalah mencapai target-target pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. Oleh karenanya, hal itu harus menjadi komitmen global bagi dunia menuju ke tujuan pembangunan berkelanjutan.
Ini menjadi penting bahwa Bali yang sudah memiliki kearifan lokal, bagaimana penggunaan energi yang erat dengan isu dampak lingkungan yang minim. Contoh, di Bali ada Subak, yakni sistem pengairan sawah dengan menggunakan energi alam.
Demikian juga dengan adanya Perayaan Hari Raya Nyepi, dimana bumi diberikan waktu istirahat selama 24 jam, sehingga itu menjadi sebuah contoh yang baik bagaimana menuju pada lingkungan yang lebih baik ke depannya.
Anggota Komisi VI DPR RI itu menambahkan, filosofi kearifan lokal yang ada di Bali salah satunya adalah Tri Hita Karana, yakni bagaimana hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan yang kuasa, dan manusia dengan alam.
Hal itu menjadi satu tolak ukur atau konsep yang bisa menjadi sumbangsih nyata kepada dunia untuk lebih menjaga bumi dan lingkungan.
“Isu-isu ini diangkat disamping isu-isu yang lain, yang berhubungan dengan penggunaan energi yang bersih. Dan konsep green economy menjadi sangat penting karena ekonomi tetap tumbuh dan ramah lingkungan, serta masyarakat ikut terlibat,” katanya.
Hal senada diungkapkan Ketua DPR RI Dr. (H.C) Puan Maharani, disela-sela meninjau lokasi penyelenggaraan Inter-Parliamentary Union (IPU) Assembly & Related Meetings ke-144 di Nusa Dua, Bali.
Untuk mengantisipasi penyebaran virus Covid-19, DPR pun menerapkan sistem bubble atau sistem gelembung untuk seluruh delegasi dan panitia selama kegiatan berlangsung. Sistem bubble adalah sistem koridor perjalanan yang bertujuan membatasi interaksi hanya dengan individu dalam gelembung tersebut. Puan pun menegaskan sistem itu harus dilakukan dengan pengawasan ketat.
“Kita harus tetap disiplin pakai prokes. Semua diperiksa. Jangan biarkan siapapun masuk ke lokasi acara tanpa identitas resmi dari panitia. Hospitality saat ini bukan lagi berarti layanan makanan berlimpah, tapi hospitality yang memprioritaskan profesionalitas. Kita harus professional,” jelas Puan.
Forum parlemen dunia ini akan dihadiri lebih dari 1.200 delegasi terdiri dari para Ketua Parlemen, anggota Parlemen dan pejabat Sekretariat Parlemen negara anggota IPU. Selain itu akan hadir pula pimpinan Organisasi Internasional, para ahli dan praktisi sebagai narasumber sesi, media dan stakeholder lainnya.
“Dengan menjadi tuan rumah IPU ke-144, DPR RI mengambil bagian dalam kepemimpinan global dalam penyelesaian isu-isu yang menjadi perhatian bersama. Masalah global harus diselesaikan bersama, dan penyelesaiannya memerlukan kepemimpinan global,” tambah puan.
IPU ke-144 mengambil tema ‘Getting to Zero: Mobilizing Parliament to Act on Climate Change’. Isu perubahan iklim diambil sebagai tema besar yang akan dibahas karena menyangkut kelangsungan hidup dan keselamatan dunia. “Jika pemanasan global berlangsung lebih cepat, kita telah melihat dampaknya seperti kebakaran lahan dan hutan, cuaca ekstrim, kekeringan, banjir, naiknya permukaan air laut, rusaknya lahan pertanian, dampak bagi kesehatan, dan lain-lain,” tandas Puan. (WIR)