Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Saatnya Pariwisata Bali Berbasis Kualitas

BADUNG – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno angkat suara terkait praktik “jual-beli kepala” turis China. Praktik tersebut menawarkan paket pariwisata dengan harga miring, asalkan mampu mendatangkan wisatawan dalam jumlah banyak.

Menurut Sandiaga, praktik “jual-beli kepala” turis itu hanya berfokus pada kuantitas kunjungan turis. Di sisi lain, ia menyebut sudah saatnya pariwisata Bali menekankan pariwisata yang berkualitas.

“Kita harus melihat bahwa kepulihan pariwisata ini harus berbasis kualitas. Jadi, bukan hanya jual beli kepala. Tapi, mereka (turis) datang ke sini untuk menikmati wisata di Indonesia yang sudah mendapatkan pengakuan dunia,” kata Sandiaga di Badung, Kamis (23/2/2023).

Sandiaga mengaku sudah bertemu dengan para pejabat di China. Ia juga menyampaikan keinginan Indonesia untuk mengembangkan pariwisata berkualitas. “Saya bicara dengan para pemimpin di China, ke depan fokus kita adalah pariwisata berkualitas dan berkelanjutan,” imbuhnya.

Sebelumnya, praktik “jual-beli kepala” juga mendapat sorotan dari Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati. Pria yang akrab disapa Cok Ace itu mengingatkan organisasi perangkat daerah (OPD) untuk menindak tegas praktik tersebut.

“Saya mendengar, ada banyak keluhan. Tidak hanya oleh masyarakat kita, tetapi juga oleh wisman China itu sendiri. Bahkan, sampai ke konjen China di Bali,” kata Cok Ace saat rapat persiapan tata kelola destinasi pariwisata Bali bersama OPD dan stakeholders terkait di Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Senin (20/2/2023).

Cok Ace mengakui secara kuantitas, wisatawan China tidak bisa dipandang sebelah mata. Terlebih, China menjadi salah satu penyumbang wisatawan tertinggi di Bali.

Meski begitu, Cok Ace tidak ingin terjebak dengan kuantitas wisatawan yang banyak, tetapi mengesampingkan kualitas. Ia meminta agen atau biro perjalanan untuk tidak banting harga hanya demi menarik jumlah wisatawan.

“Karena hal itu akan merugikan. Para wisatawan juga tidak bisa menikmati Bali dengan baik. Harus diantisipasi agar masalah (jual-beli kepala) tidak terulang,” tandasnya.

Diketahui, Bali ditarget bisa mendatangkan 4,5 juta kunjungan wisatawan pada tahun ini. Salah satu upayanya adalah mendorong penerbangan langsung (direct flight) Bali ke beberapa negara, terutama China. Upaya lainnya adalah mengusulkan penambahan negara yang mendapatkan pelayanan Visa on Arrival (VoA). (iws/has/dtc)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER