TOKYO – Korban meninggal akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,3 di wilayah timur Jepang bertambah usai ada laporan dua orang yang ditemukan tewas.
Menurut Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana, dua orang tewas dalam gempa itu, satu di wilayah Fukushima dan yang kedua di Miyagi. Sementara itu, lebih dari 90 orang terluka di beberapa wilayah.
Sebelumnya dilaporkan 1 orang meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.
Penduduk dan pejabat di wilayah timur Jepang masih berusaha menilai kerusakan imbas guncangan tersebut.
Berdasarkan laporan awal, kerusakan tampak relatif kecil. Para pejabat juga memastikan tak ada kelainan di pembangkit nuklir.
Peringatan tsunami juga sudah dicabut pada Kamis (17/3) dini hari waktu setempat. Meski demikian, beberapa guncangan kecil terus terjadi di wilayah itu sepanjang malam hingga Kamis pagi. Pihak berwenang mengimbau agar penduduk menjauhi bangunan atau gedung.
“Kami melakukan yang terbaik untuk menilai tingkat kerusakan,” kata juru bicara pemerintah, Hirokazu Matsuno, kepada wartawan, Rabu (16/3/2022) malam dikutip AFP.
“Gempa susulan besar sering terjadi beberapa hari setelah gempa pertama. Jadi harap menjauh dari bangunan yang runtuh dan tempat berisiko tinggi lain,” kata dia. Menurut Badan Meteorologi Jepang, gempa terjadi di kedalaman 60 kilometer di lepas pantai Fukushima dan didahului gempa berkekuatan 6,1 SR lain di daerah yang sama.
Bencana itu terjadi hanya beberapa hari setelah Jepang memperingati 11 tahun gempa besar yang memicu tsunami mematikan dan bencana nuklir Fukushima.
Gempa semalam menghasilkan guncangan kuat di pesisir timur laut. Imbas getaran ini barang-barang terlempar dari rak-rak toko serba ada dan rak buku terpelanting di rumah-rumah.
Akibat gempa, Tokyo serta beberapa wilayah lain mengalami pemadaman listrik. Sekitar dua juta terdampak tapi listrik berangsur pulih.
Jepang berada di “Cincin Api” Pasifik, busur aktivitas seismik yang membentang melalui Asia Tenggara dan melintasi cekungan Pasifik.
Negara ini sering dilanda gempa. Kenangan akan bencana 2011 lalu yang menewaskan 18.500 orang atau hilang, terus menghantui sebagian besar warga Jepang. (int)