BADUNG – Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan menolak 10 ribu ton beras yang diimpor oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) Bali. Koster beralasan stok beras di Bali masih surplus alias banyak.
“Kapan hari saya diskusi dengan Bulog Bali. Mau bawa beras 5.000 sampai 10 ribu ton ke Bali. Saya tanya beras dari mana. Beras impor. Sorry pak, saya tidak setuju bawa impor ke Bali. Karena Bali ini surplus beras,” kata Koster saat menghadiri Musrenbang di Nusa Dua, Senin (22/5/2023).
Koster ingin Bulog membeli beras dari para petani di Bali ketimbang harus impor dari Vietnam. Sebab, lanjutnya, kalau membeli beras impor tersebut, dia menganggap Bulog sudah mensejahterakan petani Vietnam.
Untuk itu, dengan Bulog membeli beras lokal, setidaknya akan mensejahterakan para petani lokal di Bali. Sehingga, ketika Bulog membeli beras dari petani lokal, perputaran ekonomi akan terjadi di Bali.
“Lebih murah di sana (harga beras impor) yang sejahterakan petani yang di Vietnam. Menurut saya, ngapain. Kalau kita berani membeli (beras dari petani lokal) maka ekonominya akan berputar di dalam negeri. Ini yang menurut saya, kita kurang berkembang secara ekonomis,” ujar Koster.
Tak hanya soal beras asal Vietnam,Koster juga menyatakan menolak impor komoditas pangan lain seperti garam dan bawang putih. Menurutnya, semua regulasi terkait impor komoditas pangan harus dirombak total agar dapat memberdayakan potensi perekonomian daerah.
Kemudian, Koster juga mengeluhkan soal harga pangan pokok (HPP) oleh Bulog yang dinilai terlalu rendah. Harga beras lokal yang di atas HPP menjadi penyebab banyak petani yang merugi karena tidak dibeli oleh Bulog.
“Bulog menerapkan Perpres yang kaitannya dengan HPP (harga pokok produksi) dan membeli beras di bawah harga HPP dan tidak berani membeli beras di atas HPP. Beras lokal kita di atas HPP. Nggak laku jadinya,” tuturnya. (nor/gsp/dtc)