KLUNGKUNG – Wakil Bupati Klungkung, I Made Kasta, berharap peran masyarakat dalam memilah sampah dari rumah, menjadi hal penting yang dapat membantu pengolahan sampah yang dilakukan petugas Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R).
“Kunjungan ini sekaligus dilakukan untuk menindaklanjuti laporan dari petugas TPS3R yang mengalami kesulitan dalam pengolahan sampah akibat kurangnya kesadaran warga dalam memilah sampah dari rumah,” kata Wabup Kasta, saat meninjau TPS3R yang ada di Desa Akah, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Kamis, (20/7/2023).
Memilah sampah di rumah tidaklah sulit, saya dan keluarga di rumah hingga hari ini tetap beupaya melakukan pemilahan sampah. “Saya himbau masyarakat juga untuk tidak kendor dalam memilah sampahnya di rumah,” ujar Wabup Kasta sembari mengamati petugas bekerja memilah.
Kegiatan sosialisasi pemilahan sampah harus lebih digencarkan lagi, jangan sampai semua warga acuh tak acuh dan tidak memilah sampahnya dari rumah.
Peran Prajuru Dinas dan Adat harus sama sama bergerak melakukan sosialisasi, sehingga warga akan patuh. “Hal ini penting dilakukan, supaya Desa kita bersih dan petugas pengolahan sampah akan diringankan ketika bekerja,” terang Wabup Kasta yang sekaligus Ketua PMI Klungkug tersebut.
Sementara Ketua Kelompok Pemanfaat dan Pemeliaharan (KPP) TPS3R, I Ketut Astawa menjelaskan kesadaran warga dalam memilah sampah dari rumah sangat kurang, sehingga hal ini memperlambat para petugasnya dalam mengolah sampah.
Pada awal berdiri TPS3R , warga sudah patuh memilah sampah, namun seiring berjalannya waktu warga kurang peduli lagi dalam memilah. “Padahal sosialisasi sudah dilakukan, namun warga masih saja ada yang tidak sadar untuk memilah sampah”, jelasnya.
Lebih lanjut Ketut Astawa mengatakan pada hari biasa, warga Desa Akah biasanya menghasilkan sekitar 1 truk sampah. Dulu ketika kendaraan Motor Viar kami masih beroperasi, petugas bisa mengambil sampah hingga masuk ke gang gang kecil kedepan rumah warga, sekaligus memperingatkan warga yang tidak memilah sampahnya.
Namun sekarang semenjak kendaraan ini rusak kami hanya bisa mengambil sampah di tempat penjemputan, sehingga petugas tidak tahu siapa yang membuang sampahnya tanpa memilah.
“Disinilah kesulitan kami, saat sampah tanpa dipilah pun harus kami angkut supaya tidak mengotori lokasi penjemputan sampah,” ungkap Astawa.
Pihaknya juga sudah melakukan pengadaan alat pencacah sampah organik yang lebih besar untuk mengolah sampah organik yang volumenya semakin banyak. “Namun banyaknya sampah yang masih tercampur membuat petugas lambat dalam mengolah sampah”, tandasnya.(009)