BADUNG – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali Erwin Soeriadimadja menyampaikan kondisi ekonomi dan pariwisata Pulau Dewata tahun 2023, berdasarkan survei terhadap pelaku usaha.
Dari hasil survei Bank Indonesia didapati sektor pariwisata masih mendominasi pertumbuhan ekonomi Bali, dengan andil 54,64 persen, atau sekitar 4 juta wisatawan sudah berkunjung pada tahun ini.
“Kondisi pariwisata saat ini bisa dibilang sudah pulih mendekati sebelum pandemi COVID-19 dengan perkiraan jumlah wisman pada akhir 2023 mencapai 5,25 juta dari 2,16 juta tahun 2022, jadi sangat signifikan,” ujar Erwin dalam Temu Responden 2023 di Kabupaten Badung, Selasa.
Adapun hasil asesmen menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang membaik pada triwulan ketiga 2023 yaitu tumbuh sebesar 5,35 persen, angka ini di atas perekonomian nasional yang sebesar 4,94 persen, didukung dengan inflasi yang terjaga di angka 2,64 persen.
“Sepanjang 2023 kami di Bali telah melaksanakan 11 survei rutin dan 6 survei strategis serta kegiatan rutin berupa liaison kepada unit usaha yang bertujuan memonitor perkembangan perekonomian dan dari hasil survei penelitian dilahirkan berbagai kebijakan strategis,” kata dia
Meski demikian, berkaca dari hasil survei, Bali tidak boleh puas pada atraksi yang ditawarkan di sektor pariwisata, karena nyatanya keramahan penduduk dan profesionalitas pemberi pelayanan turut mempengaruhi minat wisatawan.
Lebih jauh, inovasi juga harus terus dilakukan demi memitigasi risiko ke depan, yaitu dengan menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali dengan tetap berorientasi pada keunggulan sumber daya lokal meliputi alam, manusia, dan kebudayaan seperti acuan dalam peta ekonomi Kerthi Bali.
“Meski demikian, kelestarian layanan dan juga kemacetan masih menjadi isu tersendiri bagi para wisatawan dan ini memberikan peluang serta tantangan, sekaligus urgensi untuk mendorong penerapan pariwisata berkualitas di Bali,” kata Erwin menyampaikan saran.
Kepada pelaku usaha yang hadir pada Temu Responden 2023, Bank Indonesia Bali menyebut salah satu upaya yang telah mereka lakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu memberi dukungan terhadap desa wisata.
“Konsep desa wisata adalah contoh konkrit untuk mewujudkan nilai pariwisata inklusif dan berkelanjutan, melalui desa wisata masyarakat dapat mengembangkan pariwisata yang selaras dengan upaya menjaga pelestarian lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi tanpa harus pergi jauh dari tempat tinggalnya,” ujar Erwin.
Ia menilai saat ini desa wisata di Bali memiliki paket lengkap dari potensi atraksi, amenitas memadai, dan tinggal dioptimalisasi melalui aksesibilitas, promosi, dan kesiapan pelaku pariwisatanya.
Mendengar kekurangan yang perlu dioptimalkan, Gubernur Bali 2018-2023 Wayan Koster yang juga menggagas peta ekonomi Kerthi Bali menyampaikan bahwa upaya menyempurnakan itu telah dijalankan sejak lama, namun butuh proses panjang.
Menurutnya, untuk mencapai pariwisata berkualitas perlu optimalisasi di berbagai aspek seperti dari daya tarik wisatanya, infrastruktur, transportasi, dan akomodasi yang nyaman dan baik.
“Transportasinya harus oke, mobil, ke depan rencananya ada mobil listrik agar tidak mencemari lingkungan dengan polisi, lalu layanan sdm yang bagus, sarana prasarana pendukung. Dari situ belum semua berkualitas, masih 50-60 persen jadi harus memacu lagi, dari semua yang sudah memenuhi standar baru hotelnya,” ungkap Koster. (ant/sb)