BADUNG – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut bakal menggunakan tes PCR dalam skrining Tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Hal itu dilakukan untuk memermudah deteksi TBC.
“Dulu skrining TBC susah karena mesti diambilnya dari batuk, kan anak-anak kecil susah kalau batuk. Sekarang dengan teknologi ini kami lagi coba di Jawa Barat,” sebutnya di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (11/10/2024).
Tes PCR dilakukan menyusul laporan TB Global 2024 yang menunjukkan perkiraan jumlah kasus TBC baru mulai stabil. Pada 2023 tercatat 10,8 juta kasus TBC, sedikit meningkat pada 2022 sebanyak 10,7 juta.
Sebanyak 87 persen kasus TBC baru terjadi di 30 negara yang memiliki jumlah kasus TBC tertinggi. Di antaranya India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan yang menyumbang lebih dari separuh total global.
Menurut Budi, PCR dapat digunakan untuk mendeteksi segala macam jenis penyakit menular, salah satunya TBC. Upaya lainnya yang dilakukan untuk deteksi TBC adalah dengan menggunakan USG. Di mana sebelumnya USG ini telah dibagikan ke 10 ribu puskesmas.
“Sekarang dengan dibantu AI, itu (USG) bisa untuk identifikasi pneumonia atau TBC. Itu juga inovasi yang sekarang sedang kami coba. Di luar negeri sudah dimulai dengan beberapa peneliti dan sekarang kami lagi coba, karena kami USG-nya sudah banyak,” bebernya.
Siapkan Vaksin TBC
Budi Gunadi juga tertarik untuk melakukan uji klinis terkait penyediaan vaksin untuk TBC. Sebab, selama ini penderita TBC diharuskan meminum obatnya selama enam bulan penuh, dengan jumlah obat yang diminum sekitar lima hingga enam pil.
“Kalau bisa diganti dengan sekali suntik (vaksin). Atau tadi ada alternatif keduanya, dengan (minum) obatnya diturunin dari enam bulan ke satu bulan. Itu kami mau terlibat dalam clinical trial (uji klinis). Indonesia kan sudah terlibat dalam clinical trial untuk vaksin. Sekarang kami juga mau terlibat di obat,” aku Budi.
Budi mengungkapkan saat ini tengah menjajaki tiga perusahaan penyedia vaksin TBC. Nantinya vaksin tersebut akan diperuntukkan untuk pencegahan infeksi dan pencegahan TBC, baik untuk anak-anak maupun dewasa.
Anggaran US$ 500 Juta Atasi TBC di Indonesia
Budi mengungkapkan Presiden Prabowo Subianto telah memberikan anggaran sebesar US$ 500 juta (Rp 7,84 triliun – kurs Rp15.693) untuk mengatasi TBC di Indonesia. Selain itu, Kemenkes juga diberikan US$ 250 juta (Rp 3,92 triliun) khusus untuk melakukan skrining TBC.
Dia berharap program pemeriksaan gratis kepada masyarakat yang berulang tahun dapat berjalan di tahun depan. “(Jenis pemeriksaan gratis yang diterima) tergantung pada usia Anda. Misalnya, bayi akan mendapatkan pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan anak-anak. Anak-anak memiliki pemeriksaan yang berbeda pada orang dewasa dan lansia,” pungkas Budi. (dtc/sb)