DENPASAR – Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali, menilai Industri Jasa Keuangan (IJK) Pulau Dewata, pada posisi September 2024 terjaga stabil didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga.
“Data sektor perbankan Provinsi Bali posisi September 2024 menunjukkan penyaluran kredit maupun penghimpunan DPK mengalami pertumbuhan yang semakin membaik dari periode sebelumnya. Penyaluran kredit mencapai Rp110,76 triliun atau tumbuh 7,56 persen yoy lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 5,11 persen yoy (Agustus 2024: 8,01 persen yoy),” kata Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu, dalam keterangannya pada Kamis (28/11/2024)
Berdasarkan jenis penggunaannya, kata dia, pertumbuhan kredit yoy masih didorong oleh peningkatan nominal kredit Investasi yang bertambah sebesar Rp5,72 triliun atau tumbuh 20,32 persen yoy (September 2023: 12,12 persen yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi ini menggambarkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Bali.
Sementara itu, berdasarkan kategori debitur, sebesar 53,14 persen kredit di Bali disalurkan kepada UMKM dengan pertumbuhan sebesar 8,58 persen yoy (September 2023: 6,02 persen yoy).
“Berdasarkan sektornya, penyaluran kredit didominasi oleh sektor Bukan Lapangan Usaha (konsumtif) sebesar 34,02 persen dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 29,33 persen. Pertumbuhan kredit disumbangkan oleh peningkatan nominal penyaluran di Sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha yang bertambah sebesar Rp2,19 triliun (tumbuh 6,17 persen yoy) serta Sektor Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum sebesar Rp1,76 triliun (tumbuh 16,35 persen yoy),” ucapnya.
Selanjutnya, terkait penghimpunan DPK mencapai Rp189,01 triliun dan melanjutkan catatan double digit growth yaitu 15,30 persen yoy, walaupun tumbuh melandai dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 22,42 persen yoy. Berdasarkan jenisnya, peningkatan DPK dibandingkan September 2023 ditopang oleh kenaikan nominal Tabungan sebesar Rp13,88 triliun.
Fungsi intermediasi yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) posisi September 2024 sebesar 58,60 persen menurun dibandingkan posisi September 2023 yang sebesar 62,81 persen (Agustus 2024: 58,69 persen). Rasio LDR yang termoderasi dibandingkan periode sebelumnya antara lain karena pertumbuhan penghimpunan DPK lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit. Tingginya pertumbuhan DPK terutama disumbangkan oleh peningkatan tabungan perseorangan yang menunjukkan semakin membaiknya kondisi ekonomi masyarakat di Bali.
Adapun kecukupan modal BPR yang tercermin pada likuiditas BPR (Cash Ratio/CR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terjaga di atas threshold, berturut-turut sebesar 15,21 persen dan 34,67 persen. Tingginya permodalan perbankan diyakini mampu menyerap potensi risiko yang dihadapi dan OJK akan terus mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas.
“Kualitas kredit perbankan di Bali tetap terjaga yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 3,42 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan September 2023 yang sebesar 3,21 persen. Sementara itu NPL net berada di posisi 2,32 persen, meningkat dibandingkan September 2024 yang sebesar 1,64 persen,” katanya.
Penyelesaian kredit restrukturisasi dan ekspansi kredit berdampak positif bagi penurunan rasio Loan at Risk (LaR) menjadi 13,43 persen dari sebelumnya 22,84 persen pada September 2023 (Agustus 2024: 13,87 persen). OJK akan terus mendukung perbankan melalui langkah kebijakan yang diperlukan sehingga perbankan terus bertumbuh berkelanjutan namun tetap prudent dalam aspek manajemen risiko.
Jumlah investor Pasar Modal wilayah Bali masih tetap menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu mencapai double digit dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Pada September 2024, jumlah investor saham di Bali sebanyak 133.749 Single Investor Identification (SID) atau tumbuh 20,46 persen yoy. Demikian juga dengan jumlah investor Reksa Dana dan SBN yang masing-masing tumbuh sebesar 25,79 persen yoy dan 23,79 persen yoy.
Nilai kepemilikan saham di Bali mencapai Rp5,09 triliun atau tumbuh 8,33 persen yoy melandai dibandingkan September 2023 yang sebesar 14,23 persen yoy. Sementara itu, nilai transaksi saham sebesar Rp2,83 triliun, tumbuh 32,40 persen yoy, membaik dibandingkan posisi September 2023 yang terkontraksi sebesar -55,58 persen yoy.
Piutang Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan di Bali posisi September 2024 masih tumbuh double digit, walaupun dengan laju yang melandai dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pembiayaan dari Perusahaan Pembiayaan di Bali mencapai Rp11,81 triliun, tumbuh 15,20 persen yoy, lebih rendah dibandingkan posisi September 2023 yang tumbuh sebesar 57,38 persen yoy.
Pembiayaan tersebut didominasi oleh pembiayaan kepada Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor (market share 29,59 persen) serta pembiayaan kepada Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi, Ketenagakerjaan, Agen Perjalanan dan Penunjang Usaha Lainnya (market share 13,19 persen). Di sisi lain, tingkat pembiayaan bermasalah relatif rendah dan terkendali. Tingkat Non Performing Financing (NPF) posisi September 2024 sebesar 0,86 persen, menurun dibandingkan posisi September 2023 yang sebesar 1,37 persen.
Sementara itu, penyaluran pembiayaan melalui Modal Ventura di Provinsi Bali sebesar Rp93,54 miliar dengan pertumbuhan sebesar 8,18 persen yoy, melandai dibandingkan September 2023 yang tumbuh mencapai 11,59 persen yoy. Tingkat Non Performing Financing (NPF) Modal Ventura posisi September 2024 relatif rendah dan terkendali yaitu sebesar 1,13 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan September 2023 yang sebesar 1,34 persen.
Penyaluran pembiayaan melalui Fintech peer to peer lending juga masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 67,50 persen yoy yakni sebesar Rp1,42 triliun, meningkat dibandingkan September 2023 yang tumbuh sebesar 36,72 persen yoy. Seiring dengan meningkatnya pembiayaan, tingkat Wan Prestasi 90 hari (TWP 90) Fintech peer to peer lending posisi September 2024 juga turut mengalami sedikit peningkatan menjadi sebesar 1,60 persen dibandingkan September 2023 yang sebesar 1,32 persen, namun masih dalam rentang yang terkendali.(WIR)