Rabu, Maret 12, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Boeing Lirik Industri Indonesia Jadi Pemasok Komponen Pesawat

JAKARTA – Indonesia berpeluang besar untuk memperkuat posisinya dalam rantai pasok (supply chain) industri penerbangan global. Boeing, salah satu produsen pesawat terbesar dunia, menunjukkan minatnya untuk memperbanyak pemasok komponen dari Indonesia. Namun, jumlah industri dalam negeri yang sudah masuk dalam supply chain Boeing masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain.

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman dalam kegiatan diskusi Ngopi Bareng Kemdiktisaintek di Gedung Kemdiktisaintek, Selasa (11/2/2025).

“Di India, jumlah supply chain Boeing sudah mencapai ribuan, sementara di Indonesia baru ada 21 komponen yang bisa disuplai dari dalam negeri. Ini masih sangat timpang, padahal pasar Boeing di Indonesia sangat besar,” terang Fauzan.

Sebagai langkah awal, pemerintah mulai mengidentifikasi industri dalam negeri yang berpotensi bertransformasi menjadi bagian dari rantai pasok industri penerbangan. Selain itu, lanjut Fauzan, strategi yang sama juga diterapkan pada sektor otomotif, di mana suku cadang kendaraan (autoparts) yang sudah ada dapat dikonversi agar memenuhi standar industri pesawat terbang.

“Kalau kita bisa masuk dalam supply chain ini, pendanaannya pun akan lebih mudah. Bahkan, Boeing sudah menawarkan beasiswa untuk meningkatkan kualitas talenta kita,” tambahnya.

Dalam hal ini, kata Fauzan, ditekankan tidak boleh terlalu bergantung pada pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), mengingat keterbatasan dan sifatnya yang tidak fleksibel. Untuk itu, kolaborasi dengan industri menjadi kunci dalam mendukung pengembangan riset dan teknologi secara berkelanjutan.

Selain industri pesawat dan otomotif, pengembangan semi-konduktor juga menjadi target utama. Semi-konduktor yang dikembangkan dalam negeri diharapkan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, salah satunya untuk nanosatelit.

“Kami sudah membahas dengan tim di kampus bagaimana agar nanosatelit menggunakan komponen elektronik buatan kita. Awalnya mungkin masih ada impor, tapi sedikit demi sedikit kita akan tingkatkan substitusi komponen lokal,” jelasnya.

Di sisi lain, digitalisasi juga menjadi perhatian utama, terutama dalam hal pengelolaan data. Keberadaan teknologi seperti deepseek, yang berbasis open source, membuat pengelolaan data menjadi lebih terbuka, tetapi juga berisiko jika tidak dikendalikan dengan baik.

“Jika kita tidak memiliki kontrol atas data, ke depannya kita bisa kehilangan kepemilikan atas informasi penting, seperti data kesehatan, data mahasiswa, data kelautan, hingga sumber daya alam. Oleh karena itu, digitalisasi harus menjadi prioritas, tidak hanya dalam produk fisik, tetapi juga dalam pengelolaan data nasional,” tutupnya. (MK/SB)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER