DENPASAR – Tiga karateka asal Bali yang tergabung dalam pemusatan latihan nasional (pelatnas) terpaksa menjalani latihan mandiri di bawah Pengurus Provinsi (Pengprov) Federasi Olahraga Karate-do Indonesia (FORKI) Bali maupun perguruan masing-masing. Kebijakan ini merupakan dampak dari efisiensi anggaran yang diterapkan oleh Pemerintah Pusat.
Ketua Harian Pengprov FORKI Bali Ardy Ganggas menjelaskan perubahan kebijakan tersebut membuat anggaran untuk Training Camp (TC) pelatnas karate SEA Games 2025 dialihkan menjadi latihan mandiri di daerah asal masing-masing atlet.
“Semua karateka penghuni pelatnas, termasuk yang dari Bali, sekarang latihan di daerah asal mereka. Hal ini karena ada perubahan kebijakan soal efisiensi anggaran,” jelas Ardy, Minggug (2/3/2025).
Keputusan ini diambil oleh Pengurus Besar (PB) FORKI sebagai langkah untuk memaksimalkan penggunaan anggaran. Jika pemusatan latihan tetap dilakukan seperti sebelumnya, beban biaya akan menjadi tanggung jawab manajer tim nasional karate maupun PB FORKI.
“Saya rasa bukan hanya karate, tetapi cabang olahraga lain juga mengalami hal yang sama,” ujar mantan Anggota Binpres PB FORKI tersebut.
Menurutnya, kebijakan ini berpotensi mempengaruhi komposisi timnas karate. Awalnya, setiap kelas akan diisi oleh dua atlet, namun dengan kondisi seperti ini, kemungkinan hanya akan ada satu karateka per kelas.
“Di SEA Games 2025 nanti ada 17 kelas yang dipertandingkan,” imbuhnya.
Adapun tiga karateka Bali yang tergabung dalam pelatnas yakni Cokorda Istri Sanistyarani, I Komang Astawa, dan Ni Made Dwi Kartika Aprianti. Selain itu, terdapat dua pelatih asal Bali yang juga masuk dalam jajaran pelatih pelatnas.
Pelatnas sendiri telah berjalan sejak November 2024, dengan Bali sebagai lokasi Training Camp sebelum kebijakan efisiensi anggaran diberlakukan. (DTC/SB)