DENPASAR – Probono adalah istilah latin yang berarti untuk kepentingan umum atau lebih tepatnya pemberian layanan bantuan Hukum secara cuma-cuma dari seorang advokat kepada masyarakat kurang mampu atau organisasi nir laba yang membutuhkan bantuan Hukum.
Webinar Hukum melalui Zoom Meting tersebut di ikuti sekitar 37 peserta, yang di selenggarakan oleh The Flamin untuk menginspirasi advokat muda agar tidak melupakan pelayanan Probono, pada Kamis (1/5/2025).
Adapun tiga orang narasumber dalam webinar ini diantaranya David Surya S.H., M.H Margono Surya & Partners, Dr. Lukas Banu, S,H,.M.H Institute Of Justice Law Firm dan Martin Lukas Simanjuntak, S.H,.M.H Martin Lukas & Partners.
Dalam sambutannya moderator mengatakan Webinar ini bukan hanya sharing dari pencapaian narasumber saja, melainkan juga untuk membangun Komunitas Advokat yang mempunyai hati yang melayani.
“Bahwa kita kerja secara komersil sangat penting, namun jangan pernah melupakan pelayanan Probono. Terimakasih untuk partisipasi teman-teman semua, dana yang terkumpul seratus persen kita akan sumbangkan ke Panti Asuhan, pertanggung jawabannya nanti akan saya sampaikan,” kata Fredrik J. Pinakunary.
Narsumber yang pertama adalah Founder Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jalan Menuju Matahari (JMM) dengan dua kali berturut-turut mendapatkan Award sebagai LBH yang paling banyak memberikan pelayanan Probono.
“Untuk calon pendiri Law Firm jangan fomo atau ikut-ikutan trend, namun kembangkan pengetahuan tentang Hukum, wajah dari kantor Hukum adalah pendirinya dan wajah dari jasa Hukum adalah pengetahuannya“. Ungkap David Surya.
Dia menambahkan pentingnya mengelola LBH secara professional untuk menghasilkan The Nekt Generation Of Lawyer, tidak hanya fokus dengan klien yang bisa membayar saja, tetapi bisa melayani klien yang tidak ada uangnya.
“Saya ingin melihat, para penasehat Hukum ini ketika menghadapi klien yang kantongnya tebal mereka di dengar pendapatnya, tetapi ketika berhadapan dengan klien yang sama sekali tidak ada uang, mereka bisa merendahkan hatinya”. Tambahnya.
Sebagai Lawyer yang sudah berpengalaman menangani banyak perkara besar di Indonesia, narasumber kedua sangat memiliki hati yang mulia untuk melayani orang-orang yang kurang mampu dan tertindas tanpa memandang Ras, Suku dan Agama.
“Banyak kekeliruan pemikiran dari Masyrakat, bahwa menjadi Lawyer itu harus kaya, itu salah, Tujuan sebenarnya adalah bagaimana kita menegakkan keadilan dengan cara-cara yang benar dan bukan tujuannya di ukur pada materi”.Ucap Martin Lukas Simanjuntak.
Menurutnya dengan pertemuan ini, bisa sedkit memberi gambaran bahwa Advokat atau pengelola Kantor Firma Hukum itu tujuannya membela hak Hukum orang atau Masyarakat yang terdzolimi secara Hukum.
“Sebelum kita memimpin memang bagusnya kita belajar dulu untuk di dipimpin, banyak Advokat yang berpikir jika membuka kantor bakalan dapat klien padahal yang paling susah ya ini, karena hal itu didapat dari tanggung jawab penyelesaian sebuah masalah”.Ucapnya lagi.
Narasumber yang terakhir bukan hanya seorang Lawyer, beliau juga konsen dengan banyak kegiatan Kemanusiaan di tingkat Nasional maupun Internasional dan sudah banyak membantu masyarakat yang kurang mampu.
“Banyak perspektif negative Advokat di mata Masyarakat, salah satunya hidup mewah bergelimang harta, kurang akuntabilitas dan arogan. Padahal Advokat itu profesi yang mulia atau Officium Nobile”. Terang Dr. Lukas Banu.
Dia menambahkan tantangan hari ini untuk seorang Advokat adalah Integritas, dimana satu kata, satu pikiran, dan satu perbuatan jangan sampai di depan dan belakang perilakuknya lain.
“Ketika menghadiri Kongres KAI di Bandung sekitar Bulan Februari 2025, Ketua MA Bapak Sunarto hadir saat itu, dia mengatakan, mencari orang pintar di Negara ini banyak, orang yang kreatif apalagi, namun ketika di singgung perihal ini, jarang sekali ada, Integritas itu penting untuk seorang Advokat.” Tambahnya.
Turut hadir dalam Webinar ini seorang Ahli Pidana dan juga Dosen dari Universitas Trisakti, beliau sangat sering berbagi waktu, pikiran dan keahliannya mengenai pandangan terkait Probono.
“Semoga komunitas ini bisa memberkati dan menjadi inspirasi, kalau bisa setiap bulan di adakan atau dua bulan sekali mungkin, untuk memberikan dampak atau sumbangan ke Panti Asuhan atau lain sebagainya karena saya percaya apa yang kita tabur tidak akan pernah kembali dengan sia sia,” kata Dr. Albert Aries. (ARN)