KLUNGKUNG – Maraknya pengerukan bukit dengan alasan penataan lahan di Klungkung, Bali, makin dikeluhkan warga. Dikhawatirkan hal itu akan menimbulkan ancaman bencana. Satpol PP Provinsi Bali telah melakukan pemanggilan kepada sejumlah pihak ke Kantor Camat Dawan, Klungkung untuk dimintai keterangan.
“Dari 16 lokasi pengerukan di wilayah Kecamatan Dawan Klungkung, yang menghadiri panggilan berjumlah 9 orang penanggung jawab,” kata Camat Dawan I Dewa Gde Widiantara, Rabu (11/5) dikutip dari kumparan.
“Kali ini hanya pembinaan saja. Informasinya tanggal 13 Mei nanti, pihak pengeruk ini akan dipanggil lagi di Kantor Satpol PP Provinsi Bali,” jelasnya.
Dewa Gede Widiantara mengungkapkan, ada satu lokasi pengerukan yang aktivitasnya sudah berhenti total yakni di dekat Pura Bukit Buluh di Desa Gunaksa, Klungkung. Namun sebelum pihak pengeruk meninggalkan lokasi itu, Dewa Widiantara meminta agar dilakukan revitalisasi jalan yang rusak.
“Pihak pengeruk sudah menghentikan aktivitas pengerukan di dekat Pura Bukit Buluh, surat pernyataan juga sudah dibuat. Tapi sebelum itu, saya minta mereka (pengeruk bukit) untuk merevitalisasi (membenahi) jalan yang rusak di sekitar lokasi pengerukan. Nanti kalau dibiarkan dan ada yang kecelakaan karena jalan rusak, siapa yang bertanggung jawab?,” ungkapnya.
Sementara salah satu tokoh Desa Gunaksa, Wayan Westa mengatakan kondisi bukit kini memprihatinkan. “Sejumlah protes dari masyarakat, jalan-jalan rusak menjadi resiko paling real dari proses pengerukan itu. Bahkan, anggota dewan dari Kabupaten Klungkung telah berkali-kali menengoknya, tidak ada hasilnya,” katanya.
Persoalannya, kenapa Kawasan Bukit Buluh ini menjadi penting dan banyak protes bermunculan saat pengerukan terjadi? Alasan pertama, di bukit berpunggung terjal ini berdiri sejumlah Pura yang berusia kurang lebih tujuh ratus tahun. Dirunut dari kaki bukit, Pura-Pura itu meliputi Pura Dalem Setra Tutuan, Pura Bukit Buluh, Pura Bukit Tengah, Pura Bukit Mastapa, Pura Gunung Lingga, dan satu lagi Pura milik keluarga Arya Dauh.
Bahkan bila dilihat dari tinggalan Sarkopagus yang kini tersimpan di Pura Bukit Tengah, Gunaksa, nampak peradaban rohani telah dibangun ribuan tahun di Kawasan Bukit Buluh — dimana dalam sejumlah teks babad disebut juga sebagai “Kawasan Giri Wadhu.” Kawasan yang sejak dulu kala diyakini sebagai kawasan suci Warga Ki Mantri Tutuan yang kini jumlah KK-nya kurang lebih berjumlah 7.000 KK. (kum)