Rabu, Februari 5, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Legacy Jokowi

SAYA tidak menghafal persis ungkapan klasik ini, namun saya masih terus mengingat ini. Sebuah ungkapan milik Lao Tze yang populer untuk kalangan aktivis pemberdayaan di era generasi saya -pun juga diatasnya.

Entah ungkapan ini masih populer untuk aktivis pemberdayaan sosial di era hari ini? Ungkapan yang tidak mudah untuk diaktualisasikan. Sehingga jikalau ungkapan ini sekiranya belum tepat, mohon ijin untuk dibantu diluruskan, disempurnakan.

Lao Tze pernah bilang begini, “Datanglah kepada rakyat, hiduplah bersama mereka, mulailah dengan apa yang mereka tahu, bangunlah dari apa yang mereka punya, gunakan bahasa mereka, karena pemimpin dan pendamping yang baik itu adalah ketika pekerjaan selesai, rakyat dengan bangga akan mengatakan, “kami telah siap, kami sendirilah yang akan menyelesaikanya.”

Jauh sebelum Jokowi menjadi Walikota Solo, ungkapan di atas sudah ada. Apakah ia (Jokowi) pernah atau setidaknya membaca ungkapan ini? Saya tidak tahu persis.

Namun, jika melihat cara dia memimpin atau melakukan pengorganisasian, maka tidaklah berlebihan jika ungkapan ini relevan atau mendekati relevan, tinggal sejauh mana kita menafsirkannya atau setidaknya membenturkannya dengan indikator realita, sebagai alat ukur saintik-ilmiah.

Dalam kapasitasnya sebagai Presiden RI, Jokowi selalu datang kepada rakyatnya, bertanya perihal keseharian hidup rakyatnya, memakai bahasa yang mudah dipahami rakyatnya.

Ia menyapa, bertanya, menyentuh dan berbagi tali kasih dalam wujud yang sederhana saja, berbagi buku dan kaos. Dia tahu apa yang dimau rakyatnya lalu berusaha untuk membangun dari potensi yang dipunyai rakyatnya sendiri.

Jokowi tampak tak ada lelahnya, padahal belum lama ini dia ada bersama para pemimpin dunia di AS bahkan berkesempatan berbincang dengan Elon Musk. Ia dianugerahi stamina yang lebih, sehingga tidak terlihat ada rasa lelah dalam dirinya.

Di era kepemimpinannya tentu tidak semua hal bisa diselesaikan, namun cara dia memimpin setidaknya mampu melahirkan kohesifitas dan konektivitas, mendekatkan jarak Jakarta dan Ende. Sehingga pada akhirnya dia tak lagi memimpin, maka rakyat yang pernah disentuhnya semoga kelak bisa berkata, “kami sudah siap, kami sendirilah yang akan menyelesaikan semuanya ini.”

Saya membuat catatan ini setelah menyaksikan bagaimana rakyat begitu antusias menyambut Presiden Jokowi dalam blusukannya di tanah air leluhur saya di Kota Pancasila Ende dan tanah kelahiran saya di Kota Dingin Bajawa hari ini, Rabu 1 Juni 2022.

Jalan yang pernah saya jejaki juga dijejaki Jokowi, udara yang saya hirup juga dihirup Jokowi, sarung tenun yang biasa saya kenakan juga dikenakan Jokowi. Jokowi juga meminum air yang sama, merasakan pahit kopi yang sama.

Jokowi membawa cahaya terang, menabrak tembok birokrasi yang kaku, serta membuat kaum yang suka nyinyir harus berkatup mulut sementara. Sosok Jokowi adalah cermin diri pemimpin yang tidak ingin jauh dari rakyatnya. Ia tidak memandang suku, agama, ras maupun golongan.

Jokowi memang tidak pandai berbicara tapi gestur, gimik dan sentuhannya sudah cukup membuat semua yang bertemu akhirnya jatuh cinta. Hari ini Rabu, 1 Juni 2022, dalam kapasitasnya sebagai Presiden RI ia berhasil meletakan sebuah legacy yang baik, menjalakan nasehat Bung Karno, – jangan sekali kali melupakan sejarah.

Sejarah lahirnya Pancasila bermula dari Ende di mana sebelumnya Bung Karno sempat akan diasingkan juga di Kota Dingin Bajawa. Sehingga kehadiran Jokowi di Ende lalu berlanjut ke Bajawa, seolah menjadi penghubung sisi lain cerita sejarah pembuangan Bung Karno di era jauh sebelum 1945.

Saya yang lahir bertumbuh di Kota Dingin Bajawa, menghabiskan masa remaja di Kota Pancasila Lio Ende, menghaturkan apresiasi dan terima kasih. Terima kasih Pak Jokowi, terima kasih Bu Iriana, terima kasih untuk semua.

Meskipun jauh di Pulau Dewata, Saya dan semua warga Wuamesu Ende Lio Daerah Bali ikut larut dalam sukacita ini. Kami sangat berbangga dan berbahagia. Akhir kata untuk semua, meminjam sebait puisi Chairil Anwar, kerja belum selesai, belum apa-apa. (*)

Saya Valerian Libert Wangge, Ketua Umum IKB Wuamesu Ende Lio Daerah Bali, Putra asli Ende Lio, kelahiran Bajawa. 

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER