BADUNG – Bupati Ende, Djafar Achmad mengajak warga Wuamesu Ende Lio di Bali untuk berkontribusi aktif menyukseskan visi Generasi Emas Pancasila 2045. Hal ini diungkapkan bupati dalam pertemuan dengan Ketua Umum IKB Wuamesu Ende Lio (NTT) Daerah Bali, Valerian Libert Wangge, Jumat (22/7/2022) di kawasan Tuban, Bali.
Pertemuan yang membahas arah program Pemerintah Kabupaten Ende ini turut dihadiri Penasehat, Dr Agus Dei Segu dan Marcel Paga, bersama sejumlah perwakilan Badan Pengurus Induk Wuamesu Bali.
Bupati Djafar dalam pemaparannya menyampaikan informasi arah pembangunan Kabupaten Ende pasca kehadiran Presiden RI dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo, serta sejumlah pejabat negara di Kota Ende dalam rangka peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 2022 lalu.
“Kehadiran Presiden RI Joko Widodo yang memimpin langsung upacara kenegaraan 1 Juni 2022 dari Kota Ende, menegaskan bahwa Ende satu satunya (bukan salah satunya) kota rahimnya Pancasila” Ungkap Bupati Ende, Djafar Achmad.
Ditegaskan Ende Lio tanah yang sakral. Dari tanah ini Soekarno menggali dan menemukan fondasi ideologis yang menyatukan Indonesia dari sabang sampai merauke dari miagas sampai pulau rote.
Tahun 1951, Soekarno yang telah menjadi Presiden RI kembali ke tanah Ende, sebagai Presiden RI, ia bersaksi, di kota ini kutemukan lima butir mutiara, di bawah pohon sukun ini pula, kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila.
“Saat ini upaya pemerintah Kabupaten Ende adalah membranding wisata Ende menjadi wisata kebangsaan dan religi. Ende memiliki keunggulan sebagai rahim Pancasila, sehingga selama NKRI masih ada, wisata kebangsaan ini akan terus ada”
Dalam konteks religi, kita memiliki tradisi budaya yang sakral. Yakni menghormati leluhur melalui sesajen dan beragam upacara adat. Tradisi warisan leluhur ini melampaui perbedaan agama, sehingga adat tradisi etnik budaya menjadi jembatan yang merekatkan.
Ketua Umum Wuamesu Bali, Valerian Libert Wangge menyampaikan terima kasih atas kesediaan Bupati Ende untuk berdiskusi dengan warganya di perantauan,
“Ini kali pertama, kami warga Ende Lio di Pulau Bali bisa duduk satu meja, berdiskusi, berbagi inspirasi, saling meneguhkan dan menguatkan bersama orang nomor satu di Kabupaten Ende” ujar mantan Ketua Presidium PMKRI Denpasar yang juga Aktivis 1998 ini.
Faris sapaannya dikenal luas sebagai advokat ini menegaskan bahwa setiap pemimpin pastinya tidak sempurna, namun indikator pemimpin yang arif itu, dia yang mau ada bersama, mau mendengarkan, mau berbagi cerita, bertukar inspirasi, siap menerima kritik dan masukan demi kebaikan semua.
“Saya meyakini ini hanyalah awal terbukanya ruang dialog dan kesempatan untuk ber-sinergi. Wuamesu Bali akan selalu siap mendukung program Bupati Ende yang populis dan berpihak pada kesejahteraan rakyat Kabupaten Ende,” tutup Valerian Libert Wangge.
Sharing yang dipandu Kabag Protokol dan Pimpinan, Ignas Guru memunculkan sejumlah masukan Wuamesu Bali melalui Akademisi, Dr Agus Dei Segu, Praktisi Pariwisata Marselinus Sil Paga, dan Praktisi Budaya Frans Paternus Raya.
Praktisi Pariwisata Marcel Paga dalam usulannya, mendorong agar Dinas Pariwisata Kabupaten Ende membenahi dan memperkuat sistem IT nya, agar mudah bagi calon wisatawan mengakses informasi.
“Jika diperlukan ada banyak SDM orang Ende Lio mumpuni yang berpengalaman di dunia pariwisata yang akan membantu, termasuk meningkatkan kualitas hospitality (pelayanan) wisata yang mudah, aman dan nyaman”
Sementara Dr Agus Dei Segu mendukung program Bupati Ende menjadikan bandara dan pelabuhan Ende yang bisa diakses semua alat perhubungan laut dan udara.
“Harga tiket pesawat yang mahal jelas menjadi hambatan masuknya wisatawan, termasuk juga kekurangan kapal ber impact pada mahalnya harga barang” ujar Dr Agus Dei.
Dari sisi Budaya, Praktisi Budaya Frans Paternus Raya mengusulkan terbitnya Perda / Perbup tentang pakaian adat etnik budaya Ende Lio khususnya penggunaan lesu.
“Leluhur orang Lio Ende tidak mengenal budaya batik tapi kuat dengan tradisi menenun, sehingga lesu (mahkota di kepala lelaki) itu mestinya berbahan tenunan, bukan berbahan batik sebagaimana yang terjadi selama ini” Tegas Eda Frans, sapaan akrabnya.
Ditambahkan, gawi adalah tarian sakral yang memiliki makna sangat dalam, sehingga dalam upacara adat, sangat tidak dianjurkan memakai alat musik modern, tapi melalui sod’a (penutur nyanyian lisan) bersama semua tata cara dan komponen adat penyerta sebagaimana yang seharusnya.
Bupati Djafar Achmad menanggapi satu persatu usulan perwakilan warga Wuamesu Bali, “Saya setuju dengan semua usulan, dan akan mendiskusikan kembali khususnya terkait budaya dalam forum pertemuan dengan para Mosalaki dalam waktu dekat”
Untuk memajukan wisata Ende, maka penguatan brand Ende sebagai destinasi wisata kebangsaan akan efektif jika mendapat dukungan yang luas termasuk dari Wuamesu Bali, “Saya ajak untuk bersama menyukseskan visi Generasi Emas Pancasila 2045” Tutup Bupati Ende Drs Djafar H Achmad, MM (WAYAN ARTANA)