Minggu, November 24, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Tunggu Janji Pemerintah, Korban Bencana Tiga Bulan Tinggal di Tenda

JEMBRANA – Korban bencana di Banjar Tegalasih, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, Bali, sudah tiga bulan tinggal di tenda karena rumahnya roboh pada 11 September 2022. Bantuan yang dijanjikan pemerintah dirasa tidak jelas (gabeng), sebab hingga akhir tahun ini belum mendapat kepastian realisasi.

Dari pantauan di lokasi, tenda darurat bantuan dari Kementerian Sosial RI sampai sudah berubah warna karena berbulan-bulan berdiri dan terkena matahari. Bahkan saat siang hari dan cuaca panas, tenda darurat yang ditempati korban rumah roboh I Komang Arta (70) dan istrinya Ni Ketut Rani (59) tidak dapat digunakan beristirahat.

Ia mengatakan, tenda darurat yang didirikan Dinas Sosial Jembrana dan dibangun di lahan tetangganya ini sudah mulai bocor, bahkan saat hujan air masuk ke dalam tenda. “Apalagi saat malam hari, karena berdekatan dengan kebun, takutnya ada hewan liar seperti ular masuk ke dalam,” ungkapnya.

Lantaran tidak memiliki rumah lain setelah rumahnya ambruk akibat hujan deras bulan September lalu, ia terpaksa tinggal di tenda darurat selama tiga bulan lamanya. “Saya masih menunggu informasi dan kejelasan terkait bantuan apa yang akan saya dapatkan, sudah tiga bulan bertahan di sini, mau tinggal di mana lagi, cuma ada tenda ini,” ujar Arta.

Sebelumnya, bantuan membangun rumah sudah diusulkan pemerintah desa, namun belum terealisasi karena terkendala regulasi yang mengharuskan memiliki buku merah sebagai syarat utama. “Sudah pengajuan, rekening juga sudah diberikan. Tapi belum tahu kapan diberikan bantuan,” imbuh Arta.

Arta juga mengaku sudah mendapatkan bantuan 350 batako dari Palang Merah Indonesia (PMI), serta dijanjikan pasir dan semen, namun karena jumlahnya dirasa sedikit, ia mengurungkan niatnya untuk membangun kembali rumahnya. “Tidak cukup kalau mengandalkan batako sejumlah itu, apalagi pasir dan semen belum ada,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Jembrana I Putu Agus Artana Putra menjelaskan, pengajuan bantuan ke Pemprov Bali berupa biaya stimulan perbaikan rumah sudah dilakukan. “Karena usulan bedah rumah tidak bisa akibat regulasi, kami pakai alternatif diajukan ke provinsi untuk usulan perbaikan rumah, nilanya sama dengan bedah rumah sekitar Rp 35 juta,” ujarnya.

Menurutnya, usulan biaya stimulan untuk rumah warga yang ambruk diduga karena tanah labil tersebut, sudah masuk ke Provinsi Bali. Anggaran stimulan perbaikan rumah tersebut diperkirakan masuk tahun 2023. “Karena dianggarkan tahun anggaran ini, mungkin bulan ini sudah cair,” tambahnya.

Ia pun berharap ke Pemprov Bali agar memberikan bantuan tersebut tahun ini. “Karena terhitung sudah tiga bulan sejak rumah ambruk, pemilik rumah tinggal di tenda darurat yang didirikan Dinas Sosial Jembrana, kalau menunggu lagi kasihan juga korban,” tandasnya.

Untuk diketahui, rumah Komang Arta ambruk sekitar pukul 06.30 Wita akibat hujan lebat yang mengguyur pada dini hari. Beruntung saat kejadian tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Namun kini seluruh penghuni rumah harus tinggal di tenda darurat yang didirikan Dinas Sosial Jembrana. (irb/dpra/dtc)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER