JEMBRANA – Warga Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, kembali membuat senderan pantai secara mandiri untuk mengurangi dampak abrasi yang semakin parah. Puluhan rumah dan akses jalan terputus karena daratan yang tergerus abrasi.
Pembuatan senderan menggunakan pasir dan batu yang ada di sekitar pantai, serta alat berat yang dipinjam dari pemerintah kabupaten. Namun, biaya solar menggunakan swadaya masyarakat.
Warga Banjar Pebuahan sudah beberapa kali memperbaiki senderan pantai untuk mengurangi abrasi, namun tidak bertahan lama. Saat gelombang pasang, senderan sudah hilang lagi hanya dalam hitungan hari. Kondisi ini mengakibatkan garis pantai semakin dekat dengan pondasi rumah warga.
Seorang warga bernama M Nasir (48) berharap, pemerintah pusat segera memperbaiki senderan pantai tahun ini. “Sudah puluhan rumah warga Pebuahan hilang tergerus abrasi. Setiap malam kami was-was saat tidur lantaran ombak besar datang tidak menentu,” kata Nasir.
Warga lain bernama Yanto (44) mengungkapkan sejumlah warung kuliner ikan bakar di pesisir Pantai Pebuahan sampai gulung tikar akibat abrasi yang semakin parah. Bahkan, akses jalan di Banjar Pebuahan sudah tidak dapat dilalui kendaraan.
Pantai Pebuahan paling parah tergerus abrasi, setiap tahun belasan meter daratan tergerus abrasi, permukiman, dan tempat usaha kuliner hilang. “Dulu puluhan warung ikan bakar ada di sepanjang pantai, namun sekarang hanya tinggal beberapa, kondisinya sangat memprihatinkan,” ujar Yanto.
Pada tahun 2022, beberapa pantai yang tergerus abrasi sudah mendapat penanganan, di antaranya Pantai Gilimanuk, Pantai Candikusuma, Pantai Delodberawah, dan Pantai Pengeregoan. Warga mendesak agar pembangunan senderan segera direalisasikan tahun ini untuk mengurangi dampak abrasi pantai yang semakin parah di Pantai Pebuahan. (irb/efr/dtc)
