Rabu, Juli 2, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Bali Rentan Gempa dan Tsunami, ITB Terjunkan Tim Peneliti Respons Peringatan Dini

DENPASAR – Kondisi geografis Pulau Bali yang berada pada pertemuan lempeng besar dunia menjadikannya rawan bencana gempa.

Bali kian rentan gempa dan tsunami mengingat wilayahnya berada di wilayah pesisir. Kawasan yang diketahui paling rawan adalah pesisir di bagian selatan Kota Denpasar, seperti Pantai Sanur, Pantai Mertasari, dan Pantai Serangan.

Sejumlah sistem peringatan dini bencana tsunami pun dirancang sebagai Penanggulangan Risiko Bencana (PRB) dan kesiapsiagaan. Untuk mengidentifikasi respons masyarakat dalam rantai sistem peringatan dini tsunami ini, Institut Teknologi Bandung (ITB) menerjunkan tim peneliti.

Melalui Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB, sebuah Forum Group Discussion (FGD) dibentuk.

FGD yang dilangsungkan pada Rabu (29/6) secara khusus melibatkan perangkat desa adat, kelurahan, dan banjar se-Kecamatan Denpasar Selatan (Densel).

“Kegiatan ini penting, karena wilayah Denpasar Selatan, terbentang pantai seperti di Sanur, Mertasari dan Serangan. Dimana Bali terletak pada zona pertemuan lempeng lempeng besar dunia, yang berpotensi terjad bencana gempa yang bisa memicu tsunami. Sehingga, perlu upaya penanggulangan resiko bencana, melalui peningkatan kapasitas masyarakat,” kata Sekertaris Daerah (Sekda) Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana, saat membuka acara FGD.

Kegiatan yang mengusung tema Identifikasi Kapasitas Masyarakat Dalam Rantai Sistem Peringatan Dini Tsunami di Bali itu, lanjut Sekda Denpasar mengatakan, peran masyarakat untuk penanggulangan bencana dapat dilakukan melalui peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap resiko bencana itu sendiri.

“Upaya peningkatan PRB dan kesiapsiagaan bencana Tsunami ini bisa melalui upaya mitigasi menghadapi bencana melalui upaya komunikasi, informasi dan edukasi tentang ancaman bahaya bencana kepada masyarakat dan dilakukan secara berkelanjutan. Salah satu upaya edukasi itu adalah melalui penelitian yang dilakukan para akademisi seperti rekan rekan ITB ini,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPPD Kota Denpasar Ida Bagus Joni Arimbawa mengatakan peran masyarakat di Kota Denpasar dalam hal mitigasi bencana dan peringatan dini sangat diperlukan.

“Peran segala elemen masyarakat, baik itu dari kalangan aparat Desa / Kelurahan maupun Sekaa Teruna yang ada di masing masing banjar nantinya tentu bisa menjadi salah satu peran penting dalam hal peringatan dini bencana ataupun evakuasi jika bencana terjadi. Ini juga upaya untuk membangun masyarakat dan kota tangguh bencana,” ungkap Joni Arimbawa

Di lain sisi, Ketua Tim Peneliti ITB Dr. Harkunti P. Rahayu menuturkan saat ini pihaknya tengah melakukan penelitian dan pengkajian dalam rangka mengidentifikasi alat komunikasi dan potensi aktor yang ada di masyarakat yang terlibat dalam rantai komunikasi sistem peringatan dini tsunami.

“Berdasarkan pada penelitian yang sedang kami kerjakan saat ini, dimana Kota Denpasar menjadi salah satu lokasi penelitian kami, maka kami perlu mengadakan FGD ini untuk mengetahui respon masyarakat terhadap peringatan dini tsunami yang diterima,” kata Dr. Harkunti.

Selain itu, melalui FGD kali ini pihak ITB juga menginginkan untuk memvalidasi hasil survey monkey tentang alat komunikasi potensi aktor dan peralatan sistem peringatan dini tsunami.

“Melalui FGD ini kami perlu tahu juga apakah di masyarakat terdapat hambatan yang terjadi selama ini dalam penerimaan dan penyebarluasan informasi peringatan dini tsunami,” tambah Dr. Harkunti.(WIR)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER