Minggu, Februari 9, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Diskualifikasi Kontroversial: Kasus Laismanekat FC dalam Gapura Cup

DENPASAR – Turnamen sepak bola tahunan Gapura Cup menghadapi kontroversi setelah Laismanekat FC didiskualifikasi dari kompetisi. Keputusan ini telah memicu polemik dan ketidakpuasan di antara tim dan pihak terkait.

Gapura Cup, yang diselenggarakan oleh sub-unit Gapura di bawah naungan Ikatan Keluarga Besar (IKB) Sumba Barat Daya, bertujuan untuk mempererat kekeluargaan masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di Pulau Bali. Dalam format setengah kompetisi dengan empat tim dalam satu grup, turnamen ini dimulai dengan babak penyisihan dan dua tim teratas dari setiap grup melaju ke babak selanjutnya.

Pada turnamen tahun lalu, Laismanekat (LM) FC berhasil menjadi juara setelah mengalahkan tim tuan rumah, PS Loura, dengan skor 6-1. Sebagai juara bertahan, LM FC berpartisipasi dalam Gapura Cup II tahun ini dengan status yang sama dan siap menghadapi kompetisi.

Namun, dalam babak penyisihan grup, LM FC memenangkan dua pertandingan dan seharusnya lolos ke babak enam belas besar. Namun, panitia turnamen mengambil keputusan walkover (WO) dengan skor kalah 3-0 melawan tim PS Kefa, memicu munculnya permasalahan.

Aturan turnamen mengharuskan pengumpulan data pemain, pelunasan biaya pendaftaran, dan menjaga kondusifitas selama pertandingan.
Namun, pejabat tim LM FC menyatakan bahwa aturan ini hanya diterapkan pada tim mereka. Dalam dua pertandingan sebelumnya, LM FC selalu menang. Namun, panitia mempertanyakan data pemain yang belum dikumpulkan dan mengdiskualifikasi tim LM FC tanpa adanya mediasi sebelumnya.

Kapten tim LM FC, Roni Alex, menjelaskan bahwa saat timnya diumumkan sebagai walkover oleh panitia, mereka diminta untuk segera mengumpulkan data pemain. Namun, mereka menghadapi kendala karena petugas tim yang biasanya mengurus data pemain sedang berada di luar kota.

Manajer tim meminta waktu untuk menyerahkan data setelah pertandingan kedua selesai dan permintaan ini disetujui oleh panitia. Namun, pada pertandingan ketiga, panitia menolak menerima data tersebut, dan tim LM FC terkejut saat tiba-tiba didiskualifikasi karena keterlambatan pengumpulan data pemain.

Keputusan diskualifikasi ini menuai kekecewaan dan kegeraman dari tim LM FC. Pelatih tim, Diky Da Silva, menyatakan keheranan mereka mengapa aturan ini tidak diterapkan sejak awal turnamen dan mengapa tim lain dengan masalah serupa tidak menghadapi tindakan serupa. Ia juga menyoroti adanya tim yang belum melunasi biaya pendaftaran, namun tidak dikenakan sanksi.

Pejabat tim menyatakan penolakan mereka untuk menandatangani surat yang diajukan oleh panitia. Menurut mereka, panitia Gapura seharusnya dapat menyimpulkan kejadian ini tanpa melibatkan pihak lain. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keadilan dan konsistensi dalam penanganan kasus serupa.

Sebagai sponsor dan perwakilan orang tua dari LM FC, Ezra Motor, ikut angkat bicara. Ia menyoroti adanya indikasi kecurangan dan permainan kotor yang dilakukan oleh panitia untuk menjegal tim LM FC. Ezra percaya bahwa panitia ingin memenangkan turnamen ini tanpa mau berkorban dan tidak rela melihat tim LM FC meraih kemenangan lagi. Ia menekankan bahwa anak-anak dalam tim sangat serius dalam persiapan mereka, dengan meluangkan waktu setelah lelah pulang bekerja untuk berlatih secara profesional.

Dalam upaya mencari kejelasan dan keadilan, manajer tim LM FC menyatakan bahwa mereka akan membawa kasus ini ke jalur hukum jika tidak ada klarifikasi dari panitia dan lanjutan mediasi. Mereka berharap bahwa kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak, terutama dalam mengadakan turnamen yang adil, transparan, dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Tujuan utama adalah untuk menghindari tim mana pun yang merasa dirugikan dalam kompetisi.

Hingga saat ini, Ketua Panitia Gapura Cup masih belum dapat dihubungi untuk memberikan klarifikasi terkait keputusan diskualifikasi ini. Keterlambatan dalam memberikan penjelasan semakin meningkatkan ketegangan dan polemik yang melibatkan Laismanekat FC dan panitia Gapura Cup.

Peristiwa diskualifikasi ini mengguncang turnamen Gapura Cup dan memicu perdebatan yang intens. Diharapkan bahwa kasus ini dapat diselesaikan dengan adil dan transparan untuk menjaga integritas dan kepercayaan dalam kompetisi sepak bola. (ARN)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER