BADUNG– Jimbafest atau festival tahunan di Jimbaran, Kabupaten Badung, yang menjadi wadah komunitas masyarakat peduli lingkungan, pendidikan, seni dan budaya, tahun ini menggandeng desa wisata di Bali untuk bersama-sama menerapkan ekonomi sirkular.
Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Bali I Made Mendra Astawa di Denpasar, Sabtu, mengaku senang karena sebulan penuh tim memberikan sosialisasi di sembilan kabupaten/kota mengenai gerakan ekonomi sirkular yang dinilai sebagai upaya mengatasi masalah sampah.
“Warga yang hadir sangat antusias dan saling bertukar pikiran mengenai ide untuk mengatasi permasalahan sampah tersebut, bahkan beberapa ada yang telah menerapkan konsep ini (ekonomi sirkular),” kata dia.
Selain tim Jimbafest yang hadir langsung ke beberapa desa seperti Sanur Kauh, Bongan, Bongkasa, Taro, Bakas, Tenganan, Sudaji, Puri Agung Negara, dan Desa Panglipuran, nantinya warga di desa wisata turut diajak bergabung saat puncak acara dalam kegiatan bengkel pengolahan limbah.
Tidak berhenti pada edukasi penanganan sampah sebagai contoh dari ekonomi sirkular, Mendra mengatakan desa wisata di Bali juga diajak memamerkan kuliner khas kabupatennya masing-masing saat puncak acara 28 Oktober 2023 mendatang.
CEO Jimbaran Hijau Putu Agung Prianta mengatakan dalam kegiatan ini ada pilar lingkungan dan budaya yang ditonjolkan, keduanya tidak berkaitan namun desa wisata punya peran terhadap dua aspek tersebut.
“Ekonomi sirkular masuk untuk mengajak teman-teman desa wisata dalam menanggulangi sampah, karena menjadi tujuan kita bersama agar mengurangi sampah, sementara untuk mengajak kuliner lokal itu merupakan pilar budaya yaitu menunjumkan kebanggaan budaya Bali khsusunya perspektif kuliner asli untuk dibawa ke Jimbafest,” ujarnya.
Kepada masyarakat di sembilan desa wisata yang dikunjungi, Prianta mencontohkan penerapan ekonomi sirkular di kawasan Jimbaran khususnya Jimbaran Hijau yang memiliki sistem pengelolaan sampah di mana sampah organik dapat diolah kembali.
“Serta adanya konten recycle heaven yang di dalamnya terdapat workshop dari komunitas yang peduli tentang lingkungan seperti pengolahan limbah menjadi karya seni, pengolahan limbah berbasis teknologi dan masih banyak lagi yang dapat menunjang ekonomi sirkular,” sebutnya.
Ia berharap melalui festival ini kolaborasi untuk keberlanjutan lingkungan terus konsisten, dan Jimbafest tetap menjadi wadah bagi komunitas dan berbagai elemen masyarakat untuk peduli tentang permasalahan lingkungan.
Puncak dari kegiatan ini akan berlangsung 28 Oktober 2023 di Jimbaran Hub, kegiatan ini gratis, dan didukung dengan kegiatan terkait upaya pelestarian lingkungan dan pameran kuliner lokal desa wisata di Bali.
“Dengan menghadirkan beberapa area seperti kuliner Bali Aga yang akan dinamakan area Warung Tempoe Doeloe, area pameran karya dan inovasi mengenai pengelolaan sampah yang akan dinamakan area Recycle Heaven, diharapkan seluruh masyarakat dapat terekspos dengan budaya asli Bali dan pengetahuan mengenai daur ulang yang bisa diterapkan secara langsung dari sumber,” tambahnya. (ant/sb)