Minggu, Desember 29, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

KBI XII Rekomendasikan Payung Hukum untuk Menjamin Pengelolaan Literasi di Indonesia

JAKARTA – Berdasarkan hasil Kongres Bahasa Indonesia (KBI) XII yang digelar oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), akhirnya KBI XII merekomendasikan tiga fokus pembahasan.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Prof Endang Aminudin Aziz, MA, PhD menyebutkan, ada tiga hal fokus pembahasan dalam KBI XII tersebut. Pertama, Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah. Kedua, Literasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan yang ketiga, adalah  Internasionalisasi Bahasa Indonesia.

“Nantinya hasil ini bisa segera diserahkan kepada Presiden untuk dijadikan kebijakan. Apalagi masa kerja Presiden hanya tinggal satu tahun lagi,” terang Aminudin dalam acara Taklimat Media di Kudus Hall The Sultan Hotel, Jakart, Sabtu (28/10/2023).

Tak hanya itu, KBI XII juga memberikan rekomendasi ditetapkannya payung hukum yang lebih tegas dan mengikat untuk menjamin pengelolaan literasi di Indonesia. Hal ini sebagai salah satu program prioritas nasional dalam mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045.

Aminudin menjelaskan, program prioritas nasional ini harus termaktub dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) pusat dan daerah. Sehingga dapat memperoleh dukungan APBN, APBD dan dana nonpemerintah.

“Kebijakan ini, nantinya juga akan menjadi acuan dalam rencana induk dan peta jalan terpadu gerakan literasi yang dikembangkan sesuai dengan kemajuan zaman dan keilmuan literasi melalui pelibatan berbagai pemangku kepentingan untuk meningkatkan kecakapan literasi seluruh lapisan masyarakat, dan ditetapkannya model pengukuran indeks literasi masyarakat, baik pada jalur formal, nonformal, maupun informal,” jelas Amunudin.

Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan Pusat (DWP Pusat), Franka Makarim turut mengapresiasi atas terselenggaranya KBI XII yang telah melahirkan rekomendasi untuk kebijakan perkembangan bahasa, sastra, dan literasi di Indonesia.

“Semoga hasil dari Kongres ini dapat semakin menguatkan upaya kita melahirkan generasi penerus yang cerdas berkarakter serta bangga berbahasa daerah dan berbahasa Indonesia,” ujar Franka Makarim.

Dalam kesempatan ini, Franka Makarim juga memberikan secara langsung penghargaan kepada para pemenang Tantangan Membaca Nyaring: Keluarga Cerdas Membaca yang terselenggara atas kerja sama Kemendikbudristek dengan DWP Pusat.

Ia menyampaikan apresiasi atas diterapkannya literasi keluarga yang telah berjalan di lingkungan keluarga-keluarga Indonesia. Tantangan Membaca Nyaring, kata Franka, merupakan salah satu tindak lanjut dari gerakan Keluarga Cerdas Membaca yang telah diluncurkan pada peringatan HUT DWP ke-23 tahun ini.

“Kegiatan ini mengedepankan peran aktif keluarga dan orang tua dalam upaya peningkatan minat baca dan kemampuan literasi anak-anak melalui mendongeng dan membaca nyaring,” tutur Franka.

Berkat gerakan Merdeka Belajar, lanjut Franka, pemerintah semakin menyadari bahwa upaya untuk meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi anak-anak membutuhkan gotong royong dan kolaborasi seluruh pihak.

“Di rumah, orang tua dan keluarga perlu membangun suasana rumah yang mendukung terbentuknya minat baca. Kemudian di sekolah, melalui distribusi buku bacaan anak berkualitas dan gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan, guru-guru tidak lagi hanya berfokus pada baca, tulis, hitung, tetapi mengedepankan pembelajaran yang membangun kemampuan dasar yang holistik meliputi literasi dan numerasi,” ucap Franka.

Selain gotong royong seluruh pihak, mengembangkan minat baca dan kemampuan literasi juga membutuhkan waktu serta usaha yang tidak sedikit. “Kita sebagai orang tua harus mau meluangkan waktu untuk mendongeng atau membaca nyaring kepada anak-anak di tengah semua kesibukan. Paling tidak ada dua manfaat yang diperoleh anak-anak kita dari aktivitas membaca nyaring,” tutur Franka.

Manfaat pertama, membaca buku cerita dengan cara yang ekspresif bisa membangkitkan rasa ingin tahu dan kreativitas yang merupakan modal penting untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Manfaat kedua, membaca nyaring memberikan dampak positif terhadap proses tumbuh kembang fisik dan kognitif anak.

“Kegiatan membaca nyaring dapat mengoptimalkan kemampuan anak dalam mendengar serta menangkap makna dari bunyi dan intonasi. Selain itu, aktivitas membaca nyaring juga akan meningkatkan penguasaan kosakata,” imbuh Franka.

Oleh karena itu, Franka mengapresiasi para orang tua yang telah terlibat dalam kegiatan Tantangan Membaca Nyaring. “Saya ucapkan selamat kepada peserta yang dinyatakan sebagai pemenang dalam perlombaan ini. Saya harap Ibu dan Bapak terus melanjutkan membaca nyaring meskipun perlombaan ini sudah selesai dilaksanakan, sehingga kegiatan tersebut menjadi rutinitas yang terus berkelanjutan,” pungkas Franka. (nca)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER