TABANAN – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menegaskan Bali tidak mengalami over tourism seperti yang dikabarkan belakangan ini. Hal ini disampaikan oleh Plt Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar Hariyanto saat berkunjung ke Jatiluwih, Tabanan, Senin (9/12/2024).
Menurut Hariyanto, over tourism di Bali hanya terjadi di beberapa titik tertentu, terutama di wilayah Bali selatan. “Mohon maaf, Bali secara keseluruhan bukan over tourism, tapi ini masalah pemerataan kunjungan yang sekarang masih berfokus di Bali selatan,” ujarnya.
Untuk mengatasi ketimpangan ini, Kementerian Pariwisata mendorong pengembangan destinasi wisata di Bali utara dan Bali barat sebagai alternatif kunjungan wisatawan. Langkah ini telah dibahas bersama Pemerintah Daerah dalam acara soft launching paket travel pattern wisata 3B (Banyuwangi, Bali Barat, dan Bali Utara) pada 25 September 2024.
Hariyanto menjelaskan bahwa alternatif destinasi ini juga didukung oleh pengembangan jalur transportasi laut. Wisatawan yang datang dari Pelabuhan Ketapang dapat menuju Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, atau Pelabuhan Celukan Bawang, Buleleng. Pelabuhan Celukan Bawang sendiri sudah masuk dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional oleh Kementerian Perhubungan.
Ia menegaskan bahwa situasi di Bali berbeda dengan destinasi wisata di Thailand atau Eropa yang benar-benar mengalami over tourism. “Bali masih memiliki banyak titik destinasi menarik di luar Bali selatan. Kami tidak menyebutnya over tourism, tapi over concentration,” tambah Hariyanto.
Kementerian Pariwisata juga berkomitmen mengembangkan konsep quality tourism yang berbasis pada masyarakat lokal untuk memastikan pariwisata yang berkelanjutan di Pulau Dewata. (dtc/sb)