GIANYAR – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika menggugah kesadaran masyarakat Bali agar tidak segan meniru praktik tempat pengolahan sampah reduce, reuse, recycle (TPS3R) yang berhasil di daerah lain mengoptimalkan pengelolaan sampah berbasis sumber.
“Kalau sudah ada yang sukses kenapa tidak ditiru? Apalagi kesadaran masyarakat juga telah meningkat dalam memilah sampah,” kata Pastika saat mengadakan reses ke TPS 3R Abianseka, Desa Mas Ubud, Kabupaten Gianyar, Selasa.
Apalagi, lanjut dia, menanggulangi persoalan sampah juga menjadi salah satu “PR” yang harus dikerjakan Penjabat Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya selama memimpin Bali.
“Bapak Presiden mengamanatkan Pj Gubernur Bali untuk fokus dalam mengurus sampah, menurunkan kemiskinan ekstrem, stunting, dan pelaksanaan Pemilu 2024 agar berjalan dengan lancar sesuai aturan,” ucap mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Menurutnya, Bali yang mengandalkan pertumbuhan ekonomi dari pariwisata, jangan sampai mengalami darurat sampah. Oleh karena itu, pengelolaan sampah berbasis sumber dan peran dari TPS 3R yang ada di wilayah desa/kelurahan menjadi penting.
“Saya gembira sekali sudah ada kesadaran dari masyarakat di sini, tinggal menyempurnakan. Luar biasa kesadaran dari bawah ini dan itu yang mahal, apalagi Desa Mas ini merupakan daerah pariwisata. Selain itu di sini sudah terjalin sinergi yang baik antara desa dinas dan desa adat,” ujarnya.
Pastika menyarankan pengelola TPS 3R Abianseka dapat belajar ke TPS 3R Desa Adat Seminyak, di Kabupaten Badung yang telah sukses dalam menangani sampah, sekaligus dapat menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan pendapatan bagi desa.
“Di Seminyak itu mereka sudah mandiri dan tidak memerlukan subsidi dari APBDes. Sampah ini bisa menjadi duit kalau dikelola dengan baik. Terlebih banyak pihak swasta yang selama ini ikut mengelola sampah, hal ini berarti ada keuntungan,” katanya.
Ia memberikan masukan supaya pengelolaan TPS 3R juga dipadukan dengan pemeliharaan sapi atau kambing sehingga mendukung produksi pupuk organik yang bisa dijual.
Pastika menambahkan Desa Mas sebagai salah satu daerah pariwisata maka untuk pengelolaan sampahnya bisa memanfaatkan keberadaan restoran dan hotel-hotel serta vila yang ada di desa setempat.
“Dengan pariwisata budaya yang ramah lingkungan, tentu kita dapat mewariskan untuk anak cucu yang lebih baik,” ucapnya.
Sementara itu, Perbekel (Kepala Desa) Mas I Wayan Gede Darmayuda mengatakan TPS 3R Abianseka yang beroperasi sejak 2020 dibangun di atas lahan milik desa adat.
Iuran yang harus dibayarkan per bulan untuk setiap kepala keluarga sebesar Rp20 ribu dan hingga saat ini sudah melayani 132 KK dan sejumlah restoran.
“Sebenarnya masih ada restoran dan hotel yang minta dilayani tetapi kami belum berani mengambil karena belum memiliki truk untuk mengangkut sampah,” katanya.
Darmayuda mengatakan sampah yang diangkut hanya sampah yang sudah terpilah. Rata-rata volume sampah organik yang diangkut per hari mencapai 700 kilogram. Untuk sampah residu diangkut setiap Selasa dan Jumat dengan volume mencapai 400 kilogram.
Selain itu juga sudah bekerja sama dengan bank sampah untuk menampung sampah-sampah anorganik yang memiliki nilai jual.
“Dengan armada yang kami miliki sekarang dan tenaga kerja empat orang, maksimal kami hanya bisa melayani hingga 350 KK. Sebelumnya kami mendapat pendampingan dari Dinas Lingkungan Hidup, kemudian dari Yayasan Merah Putih Hijau,” ucapnya.
Bandesa Adat Abianseka Nyoman Wardana menambahkan pihak desa adat memang sangat mendukung jika ada program di desa terkait upaya menjaga kebersihan lingkungan.
“Silakan gunakan lahan milik desa adat secara gratis, namun untuk tahap awal dengan prioritas warga desa adat. Selain itu yang diprioritaskan adalah warga yang sudah memilah sampah. Kami juga rutin memberikan sosialisasi pemilahan sampah melalui rapat-rapat di desa adat,” katanya. (ant/sb)