DENPASAR – Sejumlah massa melakukan aksi demonstrasi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tanpa orasi alias diam di Patung Catur Muka, Kota Denpasar, Bali, Jumat (16/9/2022). Lewat aksi itu, massa menyentil Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga Ketua DPR RI Puan Maharani.
Aksi massa yang menamakan dirinya Aliansi Bali Jengah itu mengecam tindakan Jokowi yang menaikkan harga BBM. Mereka juga kecewa dengan Puan Maharani yang merayakan ulang tahun (ultah) di DPR RI saat warga Indonesia beraksi menolak harga BBM naik.
“Kami juga bukan hanya menuntut ke Presiden, tetapi DPR, yaitu memberikan aspirasi kami atau perasaan kami yang digambarkan melalui foto-foto Jokowi dan Puan,” kata Koordinator Hubungan Masyarakat (Humas) Aliansi Bali Jengah Leonhard Wijayakusuma kepada wartawan di lokasi aksi, Jumat (16/9/2022).
Para aksi massa tampak membawa berbagai poster bertuliskan tuntutan dan kecaman. Terdapat dua poster yang menarik perhatian karena menyentil Jokowi dan Puan Maharani. Kedua poster tersebut berwarna cokelat dengan tulisan hitam kombinasi merah.
Poster berisi foto Jokowi bertuliskan sentilan ‘NKRI harga baik’. Kemudian poster sentilan untuk Puan Maharani bertuliskan ‘rakyat susah malah rayakan ultah’. Poster sentilan ke Jokowi dipegang oleh aksi massa laki-laki. Sementara poster kecaman ke Puan Maharani dipegang oleh massa aksi perempuan.
Leonhard menjelaskan, permasalahan kenaikan harga BBM bukan hanya di Bali semata, namun sudah lingkup nasional. Karena itu, pihaknya juga menyampaikan aspirasi kepada Jokowi dan Puan Maharani yang digambarkan melalui foto-foto yang dibawa saat aksi tersebut.
“Kedua publik figur ini merupakan peran penting, mampu mengendalikan harga-harga BBM yang sedang melonjak pada saat ini,” terang Leonhard.
Ia pun mengaku sangat menyesalkan tindakan DPR RI. Sebab saat masyarakat sedang melaksanakan aksi nasional besar-besaran untuk menolak kenaikan harga BBM, DPR RI justru merayakan ultah Puan Maharani.
“Di sini kami juga mengecam bahwa masyarakat saat ini perlu didengarkan, dan jangan sampai suara-suara itu terbungkam dengan kegiatan-kegiatan yang bentuknya tidak penting,” tegasnya.
“Oleh karena itu, kami juga makanya membawakan foto presiden dan Puan, khususnya waktu itu dengan insiden (ultah) yang terjadi di DPR, di mana mereka merayakan Ultah dari Puan itu sendiri,” imbuhnya.
Menurut Leonhard, perayaan ultah Puan Maharani kala rakyat bersuara itu bentuk bahwa DPR RI tidak mendengarkan keluh kesah warga. Terlebih sampai detik ini belum ada jawaban konkret dari DPR RI atas kenaikan harga BBM.
“Kami juga belum mendapatkan jawaban konkret dari mereka, dan memang saat ini belum tahu bagaimana ke depannya BBM ini, apakah secara nasional akan turun atau tidak, kami masih belum tahu,” tutur Leonhard. (irb/irb/dtc)