Kamis, Mei 29, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Menteri LH Dukung Penuh Upaya Gubernur Koster dalam Penanganan Sampah

DENPASAR – Menteri Lingkungan Hidup/ Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq mendukung penuh upaya Gubernur Bali Wayan Koster dalam mempercepat penuntasan masalah sampah. Dukungan itu disampaikan Menteri Faisol Nurofiq saat meninjau TPA Suwung, Selasa (27/5/2025).

Menteri Hanif Faisol menilai Gubernur Koster bersama Walikota Denpasar telah menempuh upaya progresif dalam menangani sejumlah persoalan di TPA Suwung. “Apa yang kita arahkan, sudah dilaksanakan dengan sangat sistematis oleh Bapak Gubernur beserta jajaran. Ini harus kami hargai dan apresiasi,” ujarnya.

Salah satu yang dipujinya adalah gebrakan Gubernur Koster mengeluarkan SE Nomor 9 Tahun 2025 tentang Gerakan Bali Bersih Sampah. Menurutnya ini adalah langkah yang sangat baik karena dimaksudkan untuk mendorong pengelolaan sampah berbasis sumber, pembatasan penggunaan plastik sekali pakai, dan pembersihan sampah sembarangan di tempat umum, sungai, dan laut. “Kami backup penuh agar SE Gubernur ini ditaati. Bila tidak ditaati, Kementerian LH akan turun sepenuhnya menggunakan kewenangan yang dimiliki, memaksa semua pihak untuk mengikuti apa yang dimandatkan dalam SE karena ini adalah bagian penting dalam rencana kerja penanganan sampah di Daerah Bali,” ujarnya. Jika SE Gubernur Bali diindahkan, ia yakin reduksi sampah akan habis di tengah dan tidak lagi membebani bagian hilir.

Menteri Hanif Faisol menambahkan, jika TPA masih menjadi titik sentral, penanganan sampah tidak akan ada ujungnya. Idealnya, penyelesaian sampah memang harus dilakukan pada sumber dengan mengoptimalkan pemanfaatan recovery capacity yang telah dibangun seperti TPS3R dan TPST. Dari hasil pantauannya di lapangan, 300 unit recovery capacity yang dibangun Pemprov Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota belum dimanfaatkan secara optimal. “Angka keberhasilan pengolahan sampah itu dihitung dari seberapa besar sampah yang masuk ke TPS3R dan TPST. Kalau numpuk di TPA, itu artinya pengelolaan sampah masih kategori nol,” sebutnya. Persoalan itulah yang saat ini dihadapi TPA Suwung. Selain kelebihan kapasitas, TPA yang semula dibangun dengan konsep sanitary landfill kini berubah menjadi open dumping. “Sanitary landfill ditangani dengan keberadaan IPAL, ketika berubah menjadi open dumping, ya tidak akan tahan. Pasti menimbulkan dampak bagi lingkungan,” cetusnya.

Dalam kesempatan itu, Menteri Hanif Faisol juga mengapresiasi keberadaan Duta Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber Palemahan Kedas yang dikomandoi langsung oleh Ketua TP PKK Bali Ny. Putri Suastini Koster. Ia berpendapat, ini merupakan langkah krusial karena biasanya omongan perempuan jauh lebih didengar. Pembentukan duta pengelolaan sampah ini diharapkan bisa dilanjutkan di seluruh kabupaten/kota.

Gubernur Koster dalam paparannya melaporkan tindak lanjut penanganan IPAL yang disinyalir menjadi penyebab matinya pohon mangrove di sejumlah area. Dari hasil penelusuran di lapangan, matinya mangrove bukan disebabkan oleh kebocoran lindi pada IPAL. “Matinya mangrove itu tahun 2028, dampak dari reklamasi Pelindo yang tak sesuai SOP. Kami sudah panggil dan tegur,” katanya.

Meski demikian, Gubernur Koster tetap memberi atensi pada keberadaan IPAL yang saat ini tak berfungsi optimal sehingga terindikasi mencemari lingkungan. Tahun ini, Pemprov Bali mengalokasikan anggaran Rp. 11 miliar untuk memperbaiki sanpras pada IPAL yang merupakan bantuan Kementerian PU itu. Untuk penanganan jangka pendek, pihaknya akan memasang selang untuk menyedot air lindi yang memenuhi kolam penampungan.

Sejalan dengan itu, Gubernur kelahiran Desa Sembiran ini berupaya keras mengurangi beban TPA Suwung melalui program pengelolaan sampah berbasis sumber dan pengurangan penggunaan sampah plastik sekali pakai sebagaimana tertuang dalam SE Nomor 9 Tahun 2025. Guna mengoptimalkan implementasi SE ini, secara marathon Gubernur Koster menjadwalkan rakor dengan perbekel, bendesa adat, pengelola hotel, mall hingga lembaga pendidikan. “Minggu depan kita akan rakor dengan perbekel dan bendesa adat agar segera ada regulasi di tingkat desa dan desa adat,” ungkapnya. Tak hanya itu, pihaknya juga mendorong pengelolaan sampah berbasis sumber di lingkungan perkantoran melalui program teba modern. Yang paling berat menurutnya adalah penanganan sampah di pasar tradisional.  “Volume tas kreseknya masih sangat tinggi. Kami berencana memanggil pengelola pasar dan distributor tas kresek. Ini penting untuk mengubah pola pikir masyarakat,” ucapnya sembari menyampaikan bahwa jajarannya juga tengah gencar mengkampekan teba modern untuk mengolah sampah organik di halaman rumah. Jika pengelolaan sampah berbasis sumber ini efektif, aliran sampah di TPA Suwung akan bisa dikendalikan dan saat yang tepat bisa ditutup.

Sementara itu, Walikota Denpasar IGN. Jaya Negara menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya mengoptimalkan pemanfaatan TPS3R, TPST dan Teba Modern. Ia menjelaskan, setiap harinya Denpasar memproduksi 1.030 ton sampah dan 750 ton diantaranya masuk ke TPA Suwung. “Artinya, yang terserap di TPS3R dan TPST baru sekitar 200 ton,” sebutnya. Agar bisa menyerap lebih banyak, syaratnya adalah penambahan TPS3R atau TPST. “Kendala kami di Kota Denpasar adalah kesulitan lahan,” ungkapnya. Kendati demikian, pihaknya mendukung penuh program pengelolaan sampah berbasis sumber dengan memperbanyak teba modern. (WIR)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER