DENPASAR – Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Bali, terus berupaya mendorong pemerataan investasi dengan mengembangkan potensi unggulan di luar Sarbagita.
“Kabupaten Jembrana, misalnya, menawarkan potensi besar di sektor perikanan, termasuk udang vannamei dan ikan kerapu, serta teknologi startup,” kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Bali, I Wayan Sumarajaya, saat memberikan materi acara seminar di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali.
Lebih lanjut dikatakan, seperti di Kabupaten Buleleng dikenal dengan pengolahan hasil pertanian seperti kopi, durian, dan perikanan budidaya. Bangli berpotensi di sektor pertanian dengan kopi Arabika dan jeruk, serta sektor peternakan seperti ayam dan sapi.
Kemudian, Kabupaten Klungkung mengembangkan industri perikanan, rumput laut, dan agribisnis. Sementara itu, Karangasem menonjol di sektor pertanian dengan salak dan durian, serta industri pengolahan hasil tambang.
Namun, Sumarajaya mengungkapkan tantangan investasi berkelanjutan di Bali tetap signifikan. Ketimpangan antar sektor masih terlihat jelas, di mana sektor tersier seperti pariwisata mendominasi 68,33 persen investasi, jauh di atas sektor primer dan sekunder yang masing-masing hanya mencapai 15,68 persen dan 15,99 persen.
Selain itu, implementasi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) online yang belum merata di seluruh kabupaten dan kota menjadi hambatan dalam upaya menarik lebih banyak investor.
Untuk mengatasi kendala ini, DPMPTSP Bali telah meluncurkan berbagai program inovatif, seperti layanan perizinan online PRESTISE dan pendampingan OSS kepada pelaku usaha. Insentif juga diberikan melalui Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2024, tim terpadu pengawasan pembangunan juga dibentuk untuk memastikan kelancaran investasi. Upaya ini diharapkan dapat mendorong pemerataan investasi dan memperkuat posisi Bali sebagai destinasi investasi hijau dan berkelanjutan di Indonesia.
Provinsi Bali mencatatkan realisasi investasi yang mengesankan pada triwulan III tahun 2024. Dari target Rp 16,23 triliun di triwulan ini, realisasinya tercatat Rp 28,10 triliun atau mencapai 173 persen dari target yang ditetapkan. Pencapaian ini didominasi oleh investasi Penanaman Modal Asing (PMA) yang menyumbang Rp 18,94 triliun atau 67 persen, sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 9,16 triliun atau 33 persen.
Dia menjelaskan meski berdasarkan data tersebut tercatat kinerja yang luar biasa, namun distribusi investasi masih menjadi tantangan serius bagi Bali. Kabupaten Badung mendominasi lebih separuhnya dengan 51 persen dari total realisasi atau mencapai Rp 14,22 triliun dari target Rp 8,76 triliun dengan PMDN Rp 4.10 triliun dan PMA yang sangat besar mencapai Rp 10,11 triliun.
Kota Denpasar berada di peringkat kedua dengan kontribusi 18 persen, mencapai realisasi investasi Rp 5,22 triliun dari target Rp 3,32 triliun., terdiri atas PMDN Rp 2,19 triliun dan PMA Rp 3,02 triliun. Kabupaten Gianyar menyusul dengan kontribusi 13 persen, merealisasikan investasi sebesar Rp 3,61 triliun dari target Rp 1,74 triliun, dengan PMDN Rp 804,19 miliar dan PMA Rp2,81 triliun.
Kabupaten Buleleng yang berkontribusi 11 persen mencatat realisasi sebesar Rp 3,10 triliun dari target Rp 568,05 miliar. PMDN di wilayah ini mencapai Rp 1,28 triliun, sementara PMA sebesar Rp 1,82 triliun. Tabanan, yang menyumbang 4 persen dari total investasi, berhasil merealisasikan Rp 1,04 triliun dari target Rp 611,87 miliar, terdiri atas PMDN Rp 385,86 miliar dan PMA Rp 660,63 miliar.
Kabupaten lainnya memberikan kontribusi lebih kecil. Karangasem merealisasikan Rp 331,89 miliar dari target Rp 162,30 miliar (1 persen), terdiri dari PMDN Rp 104,15 miliar dan PMA Rp 227,73 miliar. Jembrana mencatat realisasi Rp 259,37 miliar dari target Rp 649,20 miliar (1 persen), terdiri atas PMDN Rp 186,44 miliar dan PMA Rp 72,93 miliar.
Klungkung, juga dengan kontribusi 1 persen, mencapai realisasi Rp 193,74 miliar dari target Rp 292,14 miliar. PMDN di Klungkung tercatat sebesar Rp 46,21 miliar, sedangkan PMA sebesar Rp 147,52 miliar. Dan Kabupaten Bangli, dengan kontribusi kurang dari 1 persen, mencatat realisasi investasi Rp 95,79 miliar dari target Rp 113,61 miliar, dengan PMDN Rp 44,32 miliar dan PMA Rp 51,46 miliar.
“Tantangan utama untuk ini adalah ketimpangan realisasi investasi antarwilayah. Sebaran investasi menunjukkan dominasi wilayah Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan), sementara wilayah luar Sarbagita masih tertinggal meskipun memiliki potensi besar di sektor-sektor unggulan,” ungkapnya.
Selain itu, dijelaskannya juga terjadi perubahan pada sektor unggulan investasi di Bali. Selama empat tahun terakhir ini, sektor hotel dan restoran top satu yang mendominasi investasi di Bali, bergeser menjadi urutan ketiga pada triwulan III ini. “Lima sektor utama investasi di Bali saat ini adalah sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran, hotel dan restoran, jasa lainnya, perdagangan dan reparasi, serta perikanan,” sebutnya.
Untuk menjawab tantangan ketimpangan distribusi investasi, Pemerintah Provinsi Bali mengusung Transformasi Ekonomi Kerthi Bali sebagai pilar perekonomian daerah. Program ini bertujuan untuk menciptakan Bali yang hijau, tangguh, dan sejahtera melalui modernisasi sektor pertanian, pengembangan ekonomi kreatif, pemanfaatan energi bersih, dan pengelolaan sampah. “Transformasi ini diharapkan dapat mendorong pemerataan investasi dan menciptakan daya saing ekonomi yang lebih kuat di seluruh wilayah Bali,” katanya.(WIR)