Rabu, Februari 5, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Penguatan Manajemen BPR Jadi Perhatian OJK

DENPASAR – Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Bali terus mendorong upaya memperkuat manajemen risiko perbankan khususnya bagi Bank Perekonomian Rakyat (BPR) di wilayah Provinsi Bali, dalam mewujudkan industri BPR yang berintegritas, tangguh, dan berkontribusi dalam memberikan akses keuangan kepada pelaku usaha dan masyarakat.

“Upaya ini juga berguna, memberikan manfaat memperkuat peran BPR dalam menjalankan fungsi intermediasi dengan tetap menjaga tata kelola yang baik,” kata Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Provinsi Bali Ananda R. Mooy, Rabu (5/2/2025).

Dia mejelaakan, pelatihan ini dilakukan dalam 2 batch, yaitu batch 1 dilaksanakan padal 4-5 Februari 2025, dan batch 2 pada 6-7 Februari 2025. Kegiatan ini merupakan kolaborasi Deutsche Sparkassenstiftung für Internationale Kooperation (DSIK) Indonesia dan DPD Perbarindo Bali yang dilaksanakan di Kantor OJK Provinsi Bali, Denpasar.

“Pelatihan manajemen risiko BPR ini sangat penting untuk memperkuat pengelolaan manajemen risiko kredit dan suku bunga BPR. Strategi mengelola risiko kredit BPR meliputi analisis kredit yang komprehensif, diversifikasi portofolio kredit dan penerapan teknologi. Sementara, strategi mengelola risiko suku bunga antara lain melalui hedging suku bunga, penyesuaian portofolio dan pemantaun berkala,” kata Ananda.

Lebih lanjut, Ananda menyampaikan bahwa OJK telah menyusun roadmap pengembangan BPR untuk memperkuat kualitas layanan dan manajemen BPR, diantaranya melalui penekanan pada transformasi digital sebagai upaya meningkatkan transparansi, efisiensi dan pelayanan BPR, serta pengembangan SDM BPR melalui peningkatan kompetensi SDM.

Ditambahkan, Ketua DPD Perbarindo Bali I Ketut Komplit, mengapresiasi pelaksanaan pelatihan untuk tujuan memperkuat pengelolaan risiko dan SDM BPR di Bali. “Penerapan manajemen risiko secara konsisten, prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik sangat dibutuhkan dalam memitigasi risiko BPR, baik risiko kredit, operasional, likuiditas dan kepatuhan. Demikian pula pentingnya penguatan SDM untuk mendukung pengembangan aktivitas usaha BPR,” ujar Komplit.

Ditambahkan, Advisor for Human Capacity Building German Spakarssenstiftung, Shenia Hamp menyampaikan bahwa, pelatihan kali ini tentang Manajemen Risiko Modul 3 dan 4 yang telah dikembangkan oleh DSIK Indonesia dan Filipina.

“Manajemen risiko modul 3 memberikan pemahaman terkait analisis pola kredit berbasis risiko, serta pengelolaan bisnis kredit UMK mulai dari pembuatan produk hingga pengelolaan SDM,” katanya.

Sementara, modul 4 memuat dampak perubahan suku bunga terhadap margin bunga bersih (NIM) BPR, melalui metode penetapan suku bunga (tetap dan mengambang), serta metode perhitungan suku bunga (flat, efektif atau anuitas).

Melalui sinergi OJK dengan DSIK Indonesia dan DPD Perbarindo Bali diharapkan dapat mendukung Ekosistem Industri Jasa Keuangan yang inklusif, inovatif dan berkelanjutan.(WIR)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER