DENPASAR – PMKRI Cabang Denpasar gelar diskusi Publik tentang positioning Katolik dalam Politik dengan mengusung tema “Etika Politik Katolik dalam Bingkai NKRI” di Margasiswa PMKRI Cabang Denpasar Sanctus Paulus, Jalan Thamrin I/8 Sabtu (13/05/2023).
Diskusi ini dilaksanakan oleh Dewan Pimpinan Cabang dengan menghadirkan Ir Thomas Bili Amd MP dan Veronica Meity Karundeng SH sebagai narasumber. Juga dihadiri oleh Anggota biasa PMKRI Denpasar, serta seluruh Dewan Pimpinan Cabang PMKRI Cabang Denpasar dan KMK se-Bali. Dengan Moderator Presidium Hubungan Masyarakat Katolik Saudara Stefan Salim.
Sebagai pengantar, Stefan menjelaskan bahwa fenomena hari ini, begitu banyak politisi yang didalam praktek politiknya mengesampingkan etika politik dalam berpolitik di Indonesia. Banyak sekali nilai-nilai dasar dalam Etika politik yang dikesampingkan oleh para politisi kita hari ini.
“Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda yang akan meneruskan roda negara ini perlu untuk kita ketahui positioning dan etika kita Katolik dalam berpolitik sehingga mencapai kesejahteraan bersama atau bonum commune,” ujarnya.
Menanggapi tema diskusi, Thomas Bili sebagai Narasumber dalam diskusi ini mengatakan Etika politik adalah praktik pemberian nilai terhadap tindakan politik dengan berlandaskan kepada etika. Etika sendiri sering disamakan dengan moral.
“Memang betul hari ini begitu banyak tindakan politisi yang tidak berlandaskan etika sehingga masyarakat pun diperalat untuk kepentingan politik, Tapi bagi saya itu hanya oknum-oknum saja, partai atau organisasi tidak mengharapkan seperti itu,” jelasnya.
“Tentu karena itu juga, makanya kita Katolik selalu mengatakan bahwa politik itu kotor, sehingga enggan untuk berpartisipasi dan terlibat dalam politik, karena dalam diri sudah tertanam paradigma bahwa politik itu tidak baik,” lanjutnya.
Veronica sebagai Narasumber kedua mengatakan Etika Politik berasal dari kata Etos yang artinya norma atau adat istiadat. Lalu apa etikanya kita orang Katolik didalam politik?. Politik adalah segala sesuatu yang berurusan dengan negara. Ujung-ujungnya adalah kekuasaan, tapi dalam memperoleh kekuasaan tanpa keterwakilan itu nol.
“Kita hanya terlarut dalam paradigma bahwa politik itu buruk, juga kita Katolik ada sakramen politik, sebagai ruang untuk kita sosialisasikan bersama terkait etika dalam politik. Kita sama-sama berjuang agar apa yang kita impikan tercapai dengan bentuk keterwakilan dan partisipasi kita Katolik dalam Politik,” katanya.
Diskusi ini ditutup dengan closing statement dari Presidium Gerakan Kemasyarakatan saudara Risaldus Pan yang mewakili ketua Presidium Alexandro Rolandi, mengatakan bahwa Tema diskusi ini sangat mendalam sehingga kita DPC mengundang narasumber untuk membedah soal tema ini, sehingga bisa menemukan titik dimana etika politik Katolik itu sesungguhnya.
“Saya perwakilan dari teman-teman DPC mengucapkan trima kasih banyak untuk abang Thomas dan kaka Vero atas kehadiran mereka berdua di rumah intelektual ini. Semoga diskusi ini bermanfaat buat kita semua,” jelasnya. (rls)