NUSA DUA – Presiden Joko Widodo, saat memberikan penutupan B20, di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Senin (14/11), menyampaikan rasa optimisme Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang terjadi saat ini.
“Saya menyampaikan di setiap kesulitan dan tantangan selalu ada peluang. Jangan pesimis,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden menambahkan, saat pertama kali berbicara di depan B20 pada awal masa tugasnya di bulan Januari masih dalam kondisi pandemi. Namun, sepuluh bulan kemudian ternyata masih ada pandemi, perang, krisis pangan, krisis energi hingga krisis keuangan.
Meski demikian, Kepala Negara tetap bersyukur karena Indonesia di kuartal kedua masih tumbuh 5,44 persen, dan di kuartal ketiga Indonesia tumbuh lebih kuat lagi di angka 5,72 persen.
Inflasi bisa dikelola di angka 5,9 persen September karena ada kenaikan BBM tetapi di Oktober 5,7 persen sudah turun lagi.
Jokowi menambahkan, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional atau IMF Kristalina Georgieva mengatakan, Indonesia menjadi salah satu titik terang di tengah kesuraman ekonomi dunia.
Untuk menjaga kondisi ekonomi Indonesia, diperlukan tiga strategi besar menghadapi tantangan global. Menurut Jokowi, strategi pertama adalah hilirisasi dan industrialisasi.
“Bahan bahan mentah harus kita setop dulu untuk memberikan nilai tambah di dalam negeri, baik yang berkaitan dengan pendapatan untuk negara maupun yang berkaitan dengan negara penciptaan lapangan kerja,” ungkap Presiden.
Ini sudah dimulai dengan produksi nikel sebagai salah satu bahan pembuat baterai listrik untuk mobil listrik.
“Di Australia ada litium dan Indonesia memiliki nikel kalau digabung jadi baterai mobil listrik. Saya bilang kepada PM Australia minta litium dibawa ke Indonesia saja, kita bersama-sama melakukan hilirisasi di Indonesia,” ujar Presiden.
Kemudian ada konsep ekonomi hijau. Indonesia memiliki potensi besar di bidang energi terbarukan (renewable energi). Ada potensi 443.00 megawat baik dari hydro power, geothermal, solar panel hingga angin.
“Semuanya ada. Inilah kesempatan para investor untuk bekerjasama, untuk berinvestasi membawa investasi teknologi karena ini membutuhkan uang yang tidak sedikit untuk bersama membangun ekonomi hijau di Indonesia,” ungkap Presiden Jokowi.
Indonesia telah menyiapkan lahan seluas 30.000 hektar di Kalimantan Utara yang disiapkan untuk pembangunan green industrial park untuk membangun berbagai produk hijau di Indonesia.
Presiden yakin para investor akan tertarik untuk menanamkan modal mereka di Indonesia. Apalagi ada sungai Kayan yang bisa digunakan untuk memproduksi energi bersih yakni hydro power sebesar 13.000 megawat.
Potensi lain yang bisa dikembangkan adalah digitalisasi. Dalam hal ini, Jokowi meminta agar negara-negara maju mau membantu para pelaku usaha kecil (mikro) karena dengan digitalisasi ini pelaku usaha mikro bisa terbantu.
Presiden menjelaskan, dalam kurun waktu tiga tahun, sebanyak 19 juta pelaku usaha mikro telah memiliki digital platform dari 64 juta UMKM yang ada di Indonesia.
“Kita harapkan bisa mencapai 30 juta di tahun 2024. Artinya yang kecil-kecil jangan ditinggal. Saya titip pada India, agar usaha mikro ini masih dilibatkan. Saya percaya B20 akan semakin berkembang,” pungkas Presiden.
B20 Summit dihadiri oleh lebih dari 3.300 orang yang terdiri dari 40 negara di dunia. Terdiri dari pimpinan negara, chief executive officer (CEO), dan pemimpin bisnis dari berbagai perusahaan multinasional. Peserta B20 Summit merupakan representasi lebih dari enam setengah juta bisnis di berbagai belahan dunia.(WIR)