TABANAN – Cuaca yang tak bersahabat dalam beberapa bulan terakhir membuat hasil produksi kopi arabika di Kecamatan Pupuan, Tabanan, Bali, merosot. Bahkan, petani kopi arabika di Pupuan belum bisa menikmati hasil panen.
Kondisi ini terungkap setelah Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Tabanan melakukan pemantauan lapangan sekaligus berjumpa dengan para petani. Salah satunya dengan Kelompok Tani Batur Sari di Banjar Mekar Sari, Desa Pujungan, Pupuan.
“Belum bisa panen di tahun ini karena faktor cuaca,” jelas Kepala Distan Tabanan I Made Subagia, Jumat (14/4/2023).
Meski tidak menyebutkan secara detail nilai penurunannya, Subagia menyebut faktor cuaca berpengaruh besar terhadap hasil produksi perkebunan kopi arabika di wilayah tersebut. “Faktor cuaca ini keras pengaruhnya,” katanya.
Menurut Subagia, jika kondisi cuaca mendukung, hasil panen kopi arabika di Pupuan secara global bisa mencapai 3.803 ton. Adapun luas kebun kopi di Kecamatan Pupuan sekitar 110 hektare yang sebagian besar berlokasi di Desa Pujungan.
Subagia mengaku telah memberi beberapa masukan kepada petani dari Kelompok Batur Sari. Termasuk agar para petani memperbaiki unsur hara pada lahan tanam. Hal itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan pupuk organik.
“Kemudian melakukan pemangkasan pada daun-daunnya. Dan bila memungkinkan melakukan peremajaan untuk tanaman yang sudah berusia puluhan tahun,” ungkap mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup ini.
Selain itu, Subagia mengaku mendapatkan pekerjaan rumah dari hasil pemantauan tersebut. Salah satunya membantu melakukan sertifikasi organik kembali ke Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS) yang masa berlakunya sudah habis.
“Sebetulnya sudah punya sertifikat organik. Tapi sudah expired. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah buat kami. Membantu melakukan sertifikasi ulang,” pungkasnya. (iws/BIR/dtc)