TABANAN – Sejumlah kios berjejer di kawasan Terminal Pesiapan, Tabanan, Bali pada pukul 20.00 Wita, Senin (2/1/2023). Hanya lima kios yang terbuka di bagian pintunya saja dengan lampu temaram.
Malam itu, seorang lelaki berjaket dan helm masuk sebuah kios. Seorang perempuan menyambut pria tersebut. Mereka mengobrol sejenak hingga akhirnya masuk kios dan pintu ditutup. Seorang perempuan berusia sekitar 50 tahun duduk di salah satu kios yang masih buka. Tubuhnya sintal.
Perempuan yang enggan menyebutkan namanya itu langsung menawarkan jasa hubungan intim. “Rp 100 ribu,” tuturnya dengan wajah manja.
Perempuan berkaus ketat dan bercelana jins itu tidak sendirian. Rekannya yang bertubuh montok duduk di belakang.
Perempuan itu irit berkomentar saat ditanyakan redupnya prostitusi di Pesiapan akibat maraknya prostitusi online. “Tanya saja sama (PSK) yang ngerti begituan (pakai aplikasi),” jawabnya ketus.
Situasi di Terminal Pesiapan malam tersebut sangat berbeda dibandingkan 10 tahun lalu. Saat itu, pada malam hari, kawasan terminal itu ramai oleh kegiatan prostitusi. Para pekerja seks komersial (PSK) juga memadati terminal tersebut.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Tabanan juga kerap merazia tempat itu. Beberapa waktu lalu, Satpol PP Tabanan menciduk tujuh PSK di Terminal Pesiapan. Mereka yang terjerat operasi yustisi itu kemudian diserahkan ke Dinas Sosial Tabanan.
Penjual kopi di Pesiapan menceritakan ingar bingar praktik prostitusi di terminal itu tidak seperti masa lalu. “Dulu mungkin ada ratusan ya (PSK). Sekarang ini paling puluhan,” tuturnya.
Pria itu menceritakan praktik prostitusi biasanya dimulai sekitar pukul 20.00 Wita hingga 03.00 Wita. Namun, bisnis esek-esek itu kini lebih sembunyi-sembunyi.
Para PSK itu biasanya melayani pria hidung belang di kios-kios. Namun, ada juga PSK yang melayani tamu di luar kios. Mereka biasanya dijemput lebih dulu. (hsa/gsp/dtc)