DENPASAR – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bali memprediksi puncak kemarau di Pulau Dewata terjadi pada Juni-Juli 2023.
Pada Juni, akan ada 11 dari 20 zona musim yang merasakannya, meliputi Jembrana, Tabanan Selatan, Badung Selatan, Gianyar Selatan, Klungkung, Karangasem bagian Selatan, Timur, dan Utara, Buleleng, Bangli Utara, dan Kota Denpasar.
Sedangkan puncak kemarau pada Juli akan dirasakan pada 9 zona musim, meliputi Tabanan bagian Tengah, Badung bagian Tengah dan Utara, Gianyar Utara, Karangasem bagian Tengah dan Barat, Bangli, Buleleng bagian Tengah dan Selatan.
Namun, awal musim kemarau sudah mulai terjadi di 3 zona musim pada pertengahan Maret 2023. “Terjadi paling awal di pertengahan Maret, yaitu sebagian kecil daerah Klungkung, sebagian kecil daerah Karangasem, dan seluruh wilayah Nusa Penida,” ujar Analis dan Prakirawan Stasiun Klimatologi Bali Heppy Febriana Abdi Bintari.
Tim Stasiun Klimotologi Bali dalam rilis tentang sosialisasi prakiraan awal musim kemarau, Senin (20/3/2023). Pada April akan terjadi di sembilan zona musim.
“Daerah-daerah yang akan jatuh awal musim kemarau di Bali bagian utara, khususnya di Buleleng bagian utara, Bangli bagian utara dan timur, dan daerah selatan Bali khususnya, Badung bagian selatan, Gianyar bagian selatan, Tabanan bagian selatan, dan Kota Denpasar itu juga di bulan April, khususnya pertengahan April,” jelasnya.
Di awal Mei diprakirakan ada enam zona musim yang memasuki musim kemarau, yakni Jembrana bagian utara, Buleleng bagian Tengah, Selatan, Utara, Tenggara, dan Tengah, Karangasem bagian Barat, dan Gianyar bagian Tengah.
Pada pertengahan dan akhir Mei, ada Karangasem bagian Barat, Bangli bagian Selatan, dan Karangasem bagian Tengah. Prediksi awal musim kemarau tahun ini sudah diprediksi berdasarkan curah hujan dalam 10 hari terakhir.
“Kami informasikan bahwa pengertian dari awal musim kemarau sendiri ditetapan berdasarkan jumlah curah hujan dalam 1 dasarian atau 10 hari,” imbuhnya. (efr/iws/dtc)