TABANAN – Teknologi drone DJI Agras T40 untuk penyemprotan pupuk organik cair dan pupuk organik cair, diupayakan sebagai keberlanjutan agrikultur di Desa Jatiluwih, yang menjadi kawasan pertanian terasering yang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.
“Adopsi teknologi ini, jasi langkah besar dalam mendukung keberlanjutan agrikultur kami. Dengan drone DJI, petani dapat mengoptimalkan sumber daya, mengurangi pemborosan, dan melestarikan lingkungan. Sehingga, pertanian Bali tetap relevan di masa depan,” ucap John Ketut Purna, selaku Kepala Pengelola Desa Jatiluwih, dalam keterangannya pada Selasa (21/1/2025)
Inovasi ini, kata dia, diperkenalkan dalam pelatihan pada 15-17 Januari 2025, yang difasilitasi oleh trainer resmi dari DJI. Dimana, langkah ini didukung Bank Indonesia untuk meningkatkan efisiensi serta keberlanjutan pertanian di Bali.
“Teknologi ini diharapkan membawa dampak positif bagi produktivitas hasil panen, efisiensi tenaga kerja, dan pelestarian ekosistem alam Jatiluwih,” jelasnya lagi.
Dia menjelaskan DJI merupakan singkatan dari Da-Jiang Innovations, yang merupakan perusahaan teknologi asal Tiongkok yang didirikan pada 2006 oleh Frank Wang dan Wang Tao. Bermarkas di Shenzhen, Guangdong.
“DJI dikenal sebagai pemimpin global dalam teknologi drone, kamera, dan perangkat videografi lainnya. Produk DJI yang terkenal meliputi DJI Mavic 3 Pro dengan tiga kamera Hasselblad 20MP, DJI Pocket 3 untuk perekaman video berkualitas 4K, dan DJI Agras T40 yang dirancang khusus untuk aplikasi pertanian,” jelasnya.
Dia mengatakan, drone ini memungkinkan distribusi pupuk organik cair ke area seluas 2 hektare dalam waktu 7-7,5 menit, menjadikan pemupukan hingga 95% lebih efisien dibandingkan metode manual. Dengan fitur canggih seperti sistem pemetaan lahan, penghindar rintangan, dan fungsi Return To Home (RTH), drone ini ideal untuk medan sulit seperti terasering.
Teknologi drone mendorong efisiensi agrikultur, mempromosikan penggunaan pupuk organik cair yang ramah lingkungan, dan membantu menjangkau lahan-lahan yang sulit diakses. Di samping itu, inovasi ini memperkuat daya tarik pariwisata berbasis ekologi, menjadikan Jatiluwih sebagai model keberlanjutan pertanian di Indonesia.
“Melalui kolaborasi antara pemerintah, petani, dan institusi keuangan, modernisasi pertanian berbasis teknologi seperti ini diharapkan dapat mendorong produktivitas serta memastikan keberlanjutan agrikultur Bali untuk masa depan yang lebih hijau dan produktif (IJL),” jelasnya.(WIR)