DENPASAR – Yayasan Generasi Bisa (GERASA) Bali, merayakan puncak Hari Anti Kekerasan, pada Jum’at (1/12/2023), yang juga bertepatan dengan peringatan HIV/AIDS sedunia. Kegiatan yang mengangkat tema Kekerasan Berbasis Gender Didalam Sosial Media (The Power Of Netizen), berlangsung di Hoppe Coffe Jln. Bedugul No. 30 Sidakarya Sesetan, Denpasar Selatan.
“Acara ini, bertujuan untuk menyuarakan tentang tindak kekerasan perempuan itu apa saja, dimana saja bisa terjadi, bagaiamana bisa terjadi, apa yang kita bisa lakukan sebagai warga, sebagai LSM seperti itu,” ucap Angela Putri Prawira Kusuma, salah satu lembaga Swadaya Masyrakat (LSM) yang mewakili individu dan kelompok perwakilan dari divisi komunitas lintas agama dan suku.
Perempuan yang akrab dipanggil Enji tersebut mengatakan, acara yang telah dimulai 25 November hingga 10 Desember 2023 tersebut, turut dihadiri beberapa undangan dari pihak Pemerintah,masyarakat, organisasi Advokat salah satunya PPHKI Chapter-Bali, Pelajar se-Kota Denpasar dan Mahasiswa dari beberapa Universitas yang ada di Pulau Bali
Dia melanjutkan, acara sore ini lebih fokus untuk diskusi dengan adik-adik pelajar dan mahasiswa kurang lebih 60 orang mengenai tema tersebut, dengan narasumber dari Psikolog UPTD PPA Kota Denpasar dan dari sisi hukum dia sendiri yang membawakan materinya.
“Bahwa kita berkumpul tidak hanya untuk acara, tapi mau ber-network bersama, mungkin ada beberapa LSM yang baru berkenalan didalam acara ini atau baru pertama kali terlibat dalam kampanye seperti ini, saya bilang acara ini hanya wadah untuk bekerjasama satu sama lain dan apa yang harus kita lakukan terhadap korban”. Tegas mahasiswi jurusan Ilmu Hukum semester akhir di Universitas Terbuka tersebut.
Pada kesempatan ini Forum Anak Daerah (FAD) Kota Denpasar yang diwakili oleh I Gusrti Ayu Andila Dewi Prabasasi memberikan tanggapan, sebagai seorang anak dia mendapatkan banyak sudat pandang pemikiran berbeda ketika mengikuti acara tersebut.
“Saya mengikuti acara ini dari pagi mulai pukul 09:00 Wita sampai malam ini, ternyata kekerasan itu tidak hanya terjadi pada anak ke anak, suami ke istri atau istri ke suami tetapi banyak sekali hal terjadi dan manfaat kepada saya ya itu, pola pikir dan sudut pandang yang baru, langsung dijelaskan oleh profesional di bidang tersebut,” terangnya.
Menurutnya, pencegahan terhadap kekerasan terhadap anak itu ada, namun solusinya terus harus di gali karena banyak dari kita menganggap hal tersebut mungkin adalah suatu kewajaran padahal tidak sedikit yang merasa dirugikan dengan hal semacam ini.
“Jika terjadi kekerasan seksual kita bisa menjadi pelapor dan pelopor, dalam arti pelapor kita melaporkan kepada pihak yang berwajib atau yang ekpert di bidang itu bisa menolong si korban, kemudian ketika kita menjadi pelopor, seperti sekarang yang sedang kita laksanakan ini, memplopori seseorang dengan kegiatan yang positif dan mengurangi hal-hal negative di lingkungan sekitar.” Tambah Perempuan yang bercita-cita ingin menjadi Dokter tersebut.
PPHKI Chapter-Bali yang dihadiri langsung oleh ketuannya mengatakan kehadiran mereka disini untuk memperkenalkan apa itu PPHKI dan memberikan bantuan hukum.
“Untuk bisa hadir ditengah-tengah masyrakat, komunitas, pemerintah agar mereka bisa mengenal PPHKI, ini penting sekali, sebenarnya kita tadi membuka peluang namun waktunya tidak cukup, untuk kita ajak kerjasama dengan mereka jika mereka punya masalah, kebetulan PPHKI kantornya ada disini, supaya mereka tidak takut ataupun malu jika ada sesuatu yang mereka alami untuk dibicarakan.” Ungkap Yohana Agustina Pandi.
Dia menambahkan, kekerasan yang terjadi disosial media (sosmed) akhir-ahkir ini marak terjadi, bagaimana mereka anak-anak remaja ini bisa mengantisipasinya dan harapannya bekerja sama dengan banyak LSM serupa yang konsen dibidang perlindungan anak dan perempuan.
“Supaya tidak ada kekerasan terhadap perempuan dan anak melalui sosmed, supaya mereka paham, disaat dunia seperti ini, apakah mereka harus tidak memegang handphone. Kita bisa arahkan kepada anak-anak seperti beberapa waktu yang lalu ada yang hadir mengalami pelecehan lewat sosmed yang kami lakukan adalah pendekatan dengan memanggil pelaku untuk tanda tangan pernyataan, tidak kami proses hukum kenapa agar tidak menghabiskan banyak waktu, itu peran PPHKI,” katanya.
Selama acara berlangsung para peserta sangat aktif ketika sesi tanya jawab, lalu diselingi oleh penampilan dance dari MMC, dipandu oleh MC profesional, potong kue dan ditutup dengan sesi Foto bersama. (ARN)