Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi yang jatuh pada Kamis (3/3/2022) hari ini. Sehari sebelum Nyepi, biasanya ada pawai Ogoh-ogoh yang disimbolkan sebagai raksasa seram. Setelah dua tahun tidak diizinkan Pemerintah Provinsi Bali untuk menggelar pawai Ogoh-ogoh, tahun ini acara tersebut kembali dilaksanakan.
Di sejumlah banjar di area Ubud, pawai ogoh-ogoh tampak begitu meriah pada Rabu (2/3/2022). Sejak sore, sudah ada upacara yang disebut melaspas yakni memasukkan unsur roh ke patung raksasa seram tersebut sehingga ogoh-ogoh tampak hidup saat dipawaikan.
Menjelang malam, patung raksasa tersebut diarak ke jalan dan dibopong oleh puluhan pemuda. Momen arak-arakan ogoh-ogoh terasa semakin magis dengan iringan gamelan Bali.
Salah satu area di Ubud yang memparadekan Ogoh-ogoh adalah dari Banjar Kutuh Sayan. Tak hanya satu ogoh-ogoh, Banjar tersebut menggabungkan tiga patung berukuran jumbo. Ada dua patung yang diwujudkan sebagai butha atau roh jahat, dan di depannya ada anak kecil.
“Ditafsirkan sebagai anak kecil yang dikejar-kejar oleh butho yang meminta mangsa tumbal,” ucap Tutde, salah satu pengurus di banjar Kutuh Sayan dikutip dari detikTravel, Rabu (2/3/2022).
Tutde menjelaskan bahwa ogoh-ogoh tersebut telah dibuat oleh pemuda di banjar sejak dua tahun lalu. Covid melanda, terpaksa ogoh-ogoh disimpan, dan baru kembali dipamerkan tahun ini.
“Tahun ini juga sempat tidak diizinkan melangsungkan pawai, namun akhirnya oleh pemerintah diizinkan,” ungkap Tutde.
Ogoh-ogoh terbuat dari bahan-bahan organik seperti kertas dan bambu yang kemudian dicat. Tutde menjelaskan bahwa ogoh-ogoh yang digotong tersebut beratnya bisa mencapai 100 kg.
Setelah diarak, ogoh-ogoh kemudian dibakar. Ada makna khusus mengapa ogoh-ogoh harus dibakar setelah diarak.
“Dimaknai sebagai sifat-sifat ego, dengki dimusnahkan pada hari ini, besok menjadi suci kembali dan siap untuk fase berikutnya,” jelas Tutde. (dtc/sb)