DENPASAR – Sumbangan pengembangan institusi (SPI) dengan nominal tinggi di Universitas Udayana (Unud) ternyata telah menjadi rahasia umum di kalangan universitas. Pernyataan tersebut diungkapkan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unud I Putu Bagus Padmanegara.
“(Nominal SPI) beragam, ada yang Rp 6 juta dan Rp 8 juta dari Fakultas Peternakan, Rp 15 juta dari Prodi Sejarah, dan Rp 20 juta dari Prodi Ekonomi Pembangunan. Ada juga Rp 225 juta dan Rp 527 juta dari Pendidikan Kedokteran,” ungkapnya, Rabu (15/2/2023).
Menurut Bagus, penentuan nominal SPI dilakukan sebelum calon mahasiswa mengikuti tes jalur mandiri, dan tidak menutup kemungkinan ada nominal SPI rendah. “Secara psikologis (calon mahasiswa baru) terdorong dengan makin tinggi nominal SPI yang disetorkan, semakin besar peluang kelolosan,” ucap mahasiswa Prodi Ilmu Hukum ini.
Disinggung perihal kasus tiga pejabat Unud yang ditetapkan tersangka korupsi dana SPI, Bagus mengaku malu dan prihatin. Ia menegaskan korupsi pendidikan harus dilawan bersama karena mencoreng nama baik universitas dan marwah perguruan tinggi.
“Kami kawal, dan pastikan tiga nama yang ditetapkan sebagai tersangka ini memang terbukti pelaku utama karena merupakan petugas lapangan. Ataukah hanya tiga nama yang dikorbankan sebagai petugas lapangan, dan ada dalang di baliknya. Atau bahkan sebenarnya permasalahan terdapat pada administrasi penerimaan mahasiswa mandiri,” sebutnya.
BEM Unud pun mendorong kampus untuk menonaktifkan sementara para pejabat yang disinyalir tersandung kasus korupsi tersebut. Hal tersebut agar tidak mengganggu proses pendidikan yang berjalan dan mempermudah proses penyidikan. Rektorat Unud juga didorong dapat berbenah setelah adanya kasus tersebut.
“Bagaimana kabarnya nanti apabila calon-calon mahasiswa kritis, calon mahasiswa hebat kabur dan memilih universitas lain? Bagaimana kabar Udayana sebagai kampus terbaik di Bali? Yang ada malah makin terjun bebas nama baik instansi ini,” tambahnya. (irb/BIR/dtc)
