GIANYAR – Kabupaten Gianyar tidak hanya dikenal dengan seni dan budayanya, tapi juga soal kulinernya. Salah satunya adalah klepon khas Gianyar, yang berada di Lingkungan Sengguan, Kelurahan Gianyar, Bali.
Usaha klepon ini sudah dirintis sejak 1980 oleh warga setempat. Pantauan detikBali, Minggu (1/10/2023), aktivitas usaha di warung kecil, Jalan Kalantaka Nomor 14 Sengguan, Gianyar, ini sudah sibuk dari pukul 08.00 Wita.
Masing-masing karyawan memiliki tugasnya, mulai dari mengupas kelapa, memarut kelapa, menyiapkan adonan, hingga memasak adonan klepon khas warna hijau muda ini. Menariknya, proses masak klepon pun dilakukan di tempat berjualan, sehingga menarik pembeli untuk melihat proses pembuatannya.
Salah satu karyawan usaha klepon, Jero Juliani, menceritakan usaha klepon ini bisa terus eksis hingga saat ini lantaran bahan-bahan yang digunakan aman dan sehat. Seperti kelapa yang digunakan tidak terlalu tua dan diparut secara manual hingga cita rasanya terjaga.
Demikian juga gula merah yang digunakan di dalam adonan bulat klepon itu juga berkualitas dan memiliki supplier khusus. Dalam sehari, bisa menghabiskan 60 kilogram beras ketan dan 40 butir kelapa.
“Kalau ada pesanan bisa lebih banyak lagi. (Usaha klepon) diteruskan dari perintis Desak Rai, yang sudah meninggal beberapa tahun lalu,” kata Juliani sambil melayani pembeli.
Juliani menyebut yang membuat cita rasa klepon terjaga hingga saat ini adalah kualitas bahan dan cara pembuatan yang masih tradisional. Di mana, adonan yang sudah dibuat lubang di tengahnya diisi gula cair.
Kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih kurang lebih dua menit. Setelah itu diangkat dan ditiriskan lalu dilumuri dengan kelapa parut.
“Nanti untuk paket pemesanan, tergantung permintaan konsumen, ada yang Rp 10 ribuan, Rp 15 ribu, dan Rp 20 ribu untuk satu kotaknya. Pesanan khusus 100 biji Rp 70 ribu,” ungkap Juliani.
“Kebanyakan pembeli memesan dulu sehari sebelumnya atau pagi pesan sore diambil. Kalau ke sini harus antre karena ini langsung dikerjakan dan langsung dijual juga,” imbuhnya.
Pelanggannya banyak datang dari wisatawan domestik maupun asing. Selain itu, juga pesanan untuk hajatan dan camilan masyarakat Bali.
“Tidak pernah memiliki stok, buat langsung habis. Kalau ada pesanan itu diutamakan satu jam sebelum diambil harus sudah disiapkan agar tidak komplain,” sebutnya.
Salah satu pembeli, Dewi Aryanti (23) yang juga wisatawan domestik asal Surabaya mengaku sebelumnya sempat membeli di tempat tersebut pada 2021. Dia kembali datang membeli klepon setelat berwisata di Ubud.
“Saya lihat nomor WhatsApp di Instagramnya langsung pesan saja kemarin, sampai di sini langsung disiapkan,” ujar Dewi.
Dewi mengaku penasaran menikmati jajanan klepon khas Gianyar ini. Karena selain bentuknya bulat lonjong, juga pas satu kali hap saat makan.
“Makannya unik, masukkan ke mulut langsung dimakan jangan buka mulutnya, nanti gulanya keluar,” ujarnya.
Sayangnya, klepon tidak bisa dijadikan oleh-oleh untuk keluar Bali. Sebab, klepon cepat basi terlebih ada parutan kelapanya yang membuat tahan paling lama 10 jam. (dtc)