DENPASAR – Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali, mencatat kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) Provinsi Bali dan Nusa Tenggara posisi Oktober 2024 tetap resilien dan terjaga stabil.
“Hal ini, didukung oleh permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga,” kata Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu, dalam keterangannya di Denpasar, pada Jumat (20/12/2024).
Data sektor perbankan Provinsi Bali dan Nusa Tenggara posisi Oktober 2024, kata dia, menunjukkan kinerja intermediasi yang tumbuh positif sebesar 6,60 persen yoy menjadi Rp226,88 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaannya, jelas dia, sebesar 57,37 persen kredit di wilayah Bali dan Nusa Tenggara disalurkan kepada kredit produktif, yaitu 36,42 persen pada Modal Kerja dan 20,96 persen pada Investasi.
“Pertumbuhan kredit dari tahun ke tahun (yoy) didorong oleh peningkatan nominal kredit Konsumsi yang bertambah sebesar Rp7,37 triliun atau tumbuh 8,25 persen yoy lebih tinggi dibandingkan Oktober 2023 yang tumbuh sebesar 6,64 persen yoy,” jelasnya.
Menurut dia, tingginya pertumbuhan kredit konsumsi ini terutama terjadi pada Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Di sisi lain, kredit Investasi juga turut menyumbang pertumbuhan kredit di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yang bertambah sebesar Rp6,60 triliun atau tumbuh 16,13 persen yoy juga lebih tinggi dibandingkan Oktober 2023 yang tumbuh sebesar 13,24 persen yoy.
Berdasarkan sektornya, penyaluran kredit didominasi oleh sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha sebesar 42,63 persen dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 25,25 persen.
Pertumbuhan kredit disumbangkan peningkatan nominal penyaluran di Sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha yang bertambah sebesar Rp7,37 triliun (tumbuh 8,25 persen yoy) serta Sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang bertambah sebesar Rp2,02 triliun (tumbuh 3,66 persen yoy).
“Hal ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan masih menjadi pendorong penting dalam perekonomian serta terkait dengan konsumsi masyarakat yang terus tumbuh,” jelasnya.
Berdasarkan kategori debitur, kata Rahayu, sebesar 44,47 persen kredit di Bali dan Nusa Tenggara disalurkan kepada UMKM dengan pertumbuhan sebesar 7,00 persen yoy.
“Tingginya penyaluran kredit perbankan kepada UMKM menunjukkan bahwa perbankan terus mendukung UMKM menjalankan peran vitalnya dalam menciptakan lapangan kerja dan menjaga daya beli masyarakat,” pungkasnya.(WIR)