DENPASAR – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur ditargetkan telah beroperasi secara penuh pada awal tahun 2024. Operasional rumah sakit bertaraf internasional tersebut diminta dibarengi penyerapan sumber daya manusia (SDM) lokal, khususnya dari Sanur.
“Silakan kalau profesionalisme ditentukan, mana yang jadi tukang kebun, perawat, dan lainnya. Paling tidak kami tidak mau tersisih di desa kami sendiri. Katakanlah kami tidak ingin mati di lumbung (sendiri),” ucap Ketua Yayasan Pembangunan Sanur Ida Bagus Sidharta Putra, Senin (23/1/2023).
Ia mengatakan, masyarakat sekitar merespons positif pembangunan KEK Kesehatan Sanur. Terlebih, akan hadir beragam fasilitas yang diprediksi dapat meramaikan sektor pariwisata di Kota Denpasar, seperti hotel hingga convention center menampung 5.000 orang.
“Mungkin nanti tenaga DW akan dipakai, begitu juga dengan bidang transportasi,” terangnya di Puri Santrian, Jalan Cemara No. 35 Sanur, Denpasar.
Bagus Sidharta mengaku yayasan telah memiliki MoU dengan pihak pembangun hotel baru di kawasan Sanur. “Kami ada MoU kesepakatan pada rapat desa bahwa 40% tenaga kerjanya harus dari masyarakat Sanur,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika IHC drg. Mira Dyah Wahyuni, MARS., mengatakan rekrutmen calon karyawan telah dimulai sejak beberapa waktu lalu dan tercatat telah ada 100 calon tenaga medis.
“Jasa rumah sakit harus ada kompetensi, jadi siapa saja yang sesuai kompetensi akan kami serap. Tapi, harus melalui proses, seperti tes psikologi, bahasa Inggris, dan uji kompetensi sesuai bidangnya,” jelasnya.
Menurutnya, tahun pertama RS Internasional Bali beroperasi akan menyediakan 100 tempat tidur. Jika perbandingan perawat 3:1, jelas Dyah, maka perlu 90 orang untuk 3 kali shift. Pada tahap awal, ia akan melibatkan para tenaga kesehatan dari Mayo Clinic, terlebih Mayo Clinic telah dipilih sebagai RS yang digandeng RS Internasional Bali. (irb/has/dtc)