DENPASAR – Perempuan berbaju dan celana biru itu turun dari mobil Innova hitam di sebuah hotel di Denpasar, pukul 23.54 Selasa (27/12/2022). Di pundaknya, tergantung sebuah tas kecil berwarna hitam.
Cemara, bukan nama sebenarnya, melintasi lobi hotel tanpa menjawab pertanyaan resepsionis dan langsung menuju kamar seorang pria di lantai tiga. Pertanyaan resepsionis perihal tujuannya ke hotel berbintang itu diabaikannya.
Tiba di depan kamar tamunya, Cemara menekan bel. “Hai,” sapa perempuan berusia 24 tahun itu. Dia langsung masuk kamar setelah dipersilakan masuk oleh pria tersebut.
Cemara berasal dari DKI Jakarta. Perempuan itu menjadi pekerja seks komersial (PSK) online sejak 2020 atau saat baru lulus kuliah dari sebuah universitas di Ibu Kota.
Saat itu, Cemara kesulitan mendapatkan pekerjaan. Seorang teman dugemnya menawarkan pekerjaan sebagai pelacur dengan sistem open booking out (BO).
Kawan dugemnya itu meyakinkan Cemara untuk terjun ke bisnis prostitusi online. “Kalau sama tamu, anggap saja seperti pacar sendiri,” nasihat kawannya itu seperti ditirukan Cemara kepada detikBali beberapa waktu lalu. Ia pun mengikuti saran tersebut.
Keluarga Cemara tidak mengetahui bahwa ia menjadi pelacur online. Keluarga hanya tahu, dia bekerja di sebuah klinik gigi di Jakarta.
Cemara selalu membawa baju perawat di tasnya. “Kalau pas video call dengan keluarga, ya sudah saya pakai baju perawat, terus ke warung depan kos,” tuturnya sembari tertawa.
Cemara juga berupaya menyembunyikan pekerjaannya sebagai kembang latar online dari teman-temannya. Namun, status itu pernah terungkap saat salah satu temannya yang menjadi anggota komunitas Vespa matik menggunakan jasanya.
Saat itu, Cemara sedang berada Bali. Namun, ia kehabisan bekal di Pulau Dewata. Walhasil, dia memutuskan untuk buka jasa kencan singkat melalui Twitter.
Tak dinyana, justru temannya dari komunitas Vespa matik itu yang ingin merasakan cinta singkat. “Pas turun dari Grab, ternyata itu temanku yang order. Ya ampun malu banget,” kenangnya.
Cemara selalu berpindah-pindah tempat saat membuka layanan open BO. Misalkan, ia berada di Bali sejak awal Desember lalu. Namun, ia juga bisa berpindah ke kota lainnya. Di setiap kota itu dia membuka layanan kencan singkat.
Cemara mematok tarif untuk sekali kencan singkat atau short time sebesar Rp 1,5 juta. Adapun, tarif long time Rp 2-3 juta. Tamu yang memilih long time bisa bersetubuh dengannya hingga tiga kali.
Menurut Cemara, pendapatannya sebagai kembang latar jauh lebih besar dibandingkan saat ia bekerja sebagai perawat gigi yang hanya mendapat Rp 3 juta per bulan. “Saya pikir enak juga, dapat kan Rp 1,5 juta dan tiga kali (kencan) saja sudah Rp 4,5 juta,” katanya.
Cemara menawarkan jasanya secara freelance. Namun, kadang ia terhubung dengan muncikari maupun sopir pengantar wisatawan (travel) sebagai perantara. Salah satu media komunikasi mereka ialah Telegram.
Cemara biasanya memberikan komisi pada sopir tersebut sebesar Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Namun, sang sopir akan mendapat komisi Rp 200 ribu kalau sang tamu cepat puas. “Itu fee atau tanda terima kasih,” tuturnya.
Cemara pernah mendapat rezeki nomplok saat KTT G20 lalu. Melalui agensi, ia terhubung dengan tamu yang berlokasi di Jimbaran, Badung.
Saat itu, Cemara mendapatkan uang Rp 5 juta untuk short time. Namun, uang itu harus dibagi dengan agensi yang menghubungkannya dengan tamu tersebut. “Bersihnya dapat Rp 2 juta,” kenangnya.
Cemara lebih aman ikut agensi. Sebab, jika tamunya berbuat onar, ia bisa segera menghubungi agensi tersebut. Bodyguard agensi akan meluncur jika kondisi para kembang latar itu terancam.
Cemara lebih banyak menerima tamu lokal. Sesekali, ia juga menerima tamu wisatawan mancanegara (wisman). Menurut dia, kencan dengan bule lebih menyenangkan karena mereka romantis seperti menggandeng tangan hingga mencarikan kursi saat jalan bareng.
Bahkan, tamu bule kerap memprioritaskan Cemara saat kencan bareng. Wisman itu berani mengusir halus kawannya saat ingin jalan berdua saja dengan Cemara.
Untuk mencegah tertular HIV/AIDS, Cemara selalu membawa kondom setiap bertemu dengan tamunya. Pria yang ingin berhubungan seksual dengannya harus menggunakan kondom.
Selain kondom, di tas perempuan itu juga terdapat pelumas untuk memperlancar hubungan intim. Berbeda dengan Cahaya, Cemara tidak menawarkan jasa seksnya melalui Michat. Alasannya, tarif PSK yang menawarkan jasanya melalui aplikasi itu murah.
Menurut Cemara, tamunya juga kerap mengeluhkan PSK yang menawarkan jasanya melalui MiChat karena antara foto profil dan wajah aslinya sering berbeda. “Di MiChat kelihatan cantik, tapi aslinya hitam,” ujarnya.
Tepat pukul 01.00, Cemara turun dari hotel tersebut. Sang sopir yang menghubungkan Cemara telah menjemputnya di lobi hotel. (nor/gsp/dtc)