Minggu, Februari 9, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Tekan Inflasi, Mekanisme Informasi Antara Kabupaten Ditingkatkan

DENPASAR – Menindak lanjuti upaya mengatasi inflasi Bali yang berada di tingkat 6,2 atau berada di atas inflasi nasional (5,1) year on year-nya, operasi pasar atau sidak harga bahan kebutuhan pokok sehari-hari, terus ditingkatkan.

Wakil Gubernur Bali Prof Tjok Oka Sukawati di dampingi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho dan Wakil Walikota Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa serta sejumlah Kepala OPD, di Pasar Badung, Denpasar, Selasa (31/1), memantau harga cabai yang bertengger diangka Rp 45 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram yang memicu inflasi utama Bali.

Harga cabai yang didatangkan dari Jawa dipatok Rp 45 ribu per kg, untuk cabai yang didatangkan antara kabupaten di Bali dijual dengan harga Rp 50 ribu per kg. Sementara harga bahan makanan lain, seperti bawang merah dibanderol dengan harga Rp 27 ribu per kg, bawang putih Rp 22 ribu per kg, telur ayam Rp 47 ribu per krat, beras putri Rp 13 ribu per kg, minyak Bimoli Rp 22 ribu per liter, daging ayam Rp 33 ribu per kg, gula Rp 15 ribu per kg, udang Rp 60 ribu per kg, dan tomat Rp 10 ribu per kg.

Wagub Bali Cok Ace mengungkapkan, sebenarnya Bali memiliki potensi untuk memasok bahan makanan pokok lokal dan bahan bumbu antar kabupaten. Namun, perlu diingat untuk memotong panjangnya mata rantai antara petani hingga sampai ke pedagang.

“Karena pada dasarnya petani yang menjual hasil produksinya dengan harga yang murah, tetapi saat tiba di pasar akan jauh lebih mahal akibat panjangnya mata rantai tengkulak. Saya yakin penekanan inflasi ini bisa dilakukan apabila kita semua stakeholder bekerjasama dengan baik, terlebih kita memiliki pasar induk yang berfungsi untuk mengontrol harga,” katanya.

Selain itu, Bali harus memiliki sumber-sumber daya alam, seperti di Kabupaten Klungkung dan Karangasem memiliki ketersediaan cabai, aka kabupaten lain termasuk Denpasar bisa langsung memantau dan berkoordinasi tentang harga pasar.

“Misalnya lagi kabupaten Tabanan sebagai lumbung padi, bisa mengkoordinasikan ketersediaan yang ada dengan kabupaten lainnya, sehingga stok bahan pokok makanan sehari-hari dapat kita pantau bersama, dan tidak terjadi penumpukan di satu wilayah dan juga tidak ada kekurangan di wilayah lain,” tegas Cok Ace.

Ditambahkannya, margin harga yang tergolong jauh ini bisa saja diakibatkan karena  adanya mekanisme informasi  yang belum berjalan dengan baik, ketersediaan stok dan tingkat distribusi yang belum stabil.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan, Bali menarget penurunan inflasi ke depannya dapat mencapai 0,5 bulan ke bulannya, jika dibandingkan saat ini yang masih 0,7 dari bulan ke bulan.

“Kami akan terus berusaha mencari tahu apa penyebab dan bagaimana solusi dalam untuk inflasi Bali yang masih tinggi hingga saat ini, yakni salah satunya dengan melakukan operasi pasar,” ungkapnya. (WIR)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER