DENPASAR – Tri Tunggal Noebeba, yang merupakan salah satu unit yang bernaung dalam Peguyuban Ikatan Keluarga Besar (IKB) Timur Tengah Selatan (TTS) wilayah Provinsi Bali, menggelar acara yang mengusung tema Kebahagiaan Kasih Persaudaraan Dalam Kerukunan, di Aula Gor Lila Buana Denpasar, Minggu (28/1/2024) lalu, yang juga serangkaian dari Perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) sebelumnya.
Ketua Umum Peguyuban IKB TTS Yanri Otu berharap, dengan acara ini bergandengan tangan menuju organisasi yang sehat, kuat dan menjadi contoh unit yang berada dalam naungannya.
“Saya sangat bangga dengan acaranya, sangat meriah, Laismanekat sendiri adalah cinta kasih, jika hal ini tidak kita terapkan maka suatu organisasi akan goyah. Mari kita bersama-sama membangun dan memberikan kritik saran apabila dalam suatu kepemipinan kami ada salah langkah, mari kita saling menegur, saya sangat membutuhkan masukan,” katanya
Acara yang berlangsung kurang lebih 3 jam tersebut, dibuka dengan penyambutan tamu undangan oleh MC, Ibadah bersama dan dimeriahkan nyanyian persembahan dari ibu-ibu dapur, serta para orang tua, pendeta, pengurus, ketua umum, mantan ketua umum, tamu undangan dan keluarga besar IKB TTS wilayah Bali.
Ditambahkan, Ketua Panitia Agustinus Taopan mengatakan, persiapan tersebut hasil dari sebuah kekompakan semua pihak yang terlibat, untuk anggarannya ketika kurang dibantu dan tidak lupa mengucapkan terimakasih.
“Persiapan kita saling bahu-membahu satu sama lain terutama teman panitia bersama orang tua sehingga berjalan dengan baik, untuk anggarannya sendiri, kita punya dasar berapa nominalnya lalu dibantu para orang tua, untuk nominal saya tidak bisa sebut. Kepada tim panitia yang ada, semua orang tua terimakasih banyak atas dukungan syukuran Nataru ini.” Ungkap Agustinus Taopan.
Dalam kesempatan ini, Mantan Ketua Umum Peguyuban IKB TTS berpesan sebagai orang tua, agar regenerasi yang akan berlanjut melakukan banyak kegiatan positif kedepannya.
“Pada malam hari ini, perayaannya sangat luar biasa, semoga bisa terus menjaga momentum ini, keluarga besar ini khususnya warga TTS sebagai rumahnya sendiri. Tentu saja butuh proses mengumpulkan banyak orang, semoga kedepan tali persaudaraan yang sudah dibangun tidak sampai terputus dan seluruh warganya melihat pemimpin yang berlanjut berbuat sesuatu untuk mereka, termasuk pribadi saya.” Tegas Yusman Tapatab.
Dia juga menyikapi stigma Negatif tentang warga perantauan dari Nusa Tenggara Timur (NTT) yang ada di Pulau ini, menurutnya itu hanya ulah oknum saja dan tidak semua seperti itu.
“Sebagai orang NTT asli banyak hal yang terjadi di lapangan, itu adalah oknum-oknum tersendiri, silakan di proses secara hukum, secara data sampai saat ini warga kami tidak terprovokasi dengan apapun tertata dengan baik. Kami adalah warga Bali keturunan NTT dan untuk sauadara-saudara saya yang selama ini berbuat kurang baik segera bertobat agar Bali aman dan damai.” Tutupnya. (ARN)