Jumat, Mei 17, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ekonom Sebut Tak Ada Persaingan Warung Madura dengan Minimarket Modern

DENPASAR – Ekonom IB Raka Suardana mengungkapkan menjamurnya warung Madura di Bali turut berperan menggeliatkan perekonomian di Pulau Dewata. Ia menilai keberadaan toko kelontong tersebut tidak bisa disebut sebagai pesaing minimarket modern.

“Kalau dari sisi persaingan dengan toko modern, rasanya tidak. Karena masing-masing punya pangsa pasar tersendiri,” kata Raka kepada detikBali, Senin (29/4/2024).

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Undiknas Denpasar itu sempat melakukan observasi terkait keberadaan warung Madura di Bali pada 2023. Menurutnya, warung Madura cukup marak ditemukan di permukiman-permukiman padat penduduk.

“Dari sisi perekonomian, tentunya positif, ada geliat, ada pertumbuhan ekonomi. Mereka berperan juga terhadap geliat ekonomi masyarakat, sehingga ekonomi kita bisa tumbuh,” imbuhnya.

Raka menuturkan sebagian besar pengelola warung Madura adalah karyawan dan bukanlah pemilik warung. Dia menyebut mereka merupakan satu jaringan.

Meski secara visual berbentuk toko kelontong dan tak segemerlap minimarket modern, ia mengakui warung Madura memiliki sejumlah keunggulan. Salah satunya produk yang dijual cukup lengkap. Dari sisi suplai, Raka melanjutkan, barang-barang dagangan di warung Madura sudah ada yang mengatur karena pengelolaannya berjejaring.

“Penataan dagangannya sangat bagus, dari segi pencahayaan tidak seterang minimarket modern. Tapi, cukup rapi dan tertata baik serta dari sisi kelengkapan barang lumayan baik. Setelah saya amati, semua itu ada di-backup oleh beberapa pengusaha besar,” ungkapnya.

Daya tarik warung Madura lainnya, Raka berujar, adalah dari segi harga produk dijual yang lebih murah dibandingkan harga jual di minimarket modern. Misalnya, rokok di minimarket Rp 41 ribu dapat dijual seharga Rp 38 ribu atau Rp 39 ribu oleh warung Madura.

“Perbedaannya Rp 1.000 dan Rp 2.000 atau beberapa biskuit lebih murah lagi Rp 500 atau Rp 1.000. Itu yang menyebabkan pergeseran orang berbelanja,” bebernya.

Raka kemudian memaparkan selama ini warung Madura cukup diterima oleh masyarakat. Disinggung terkait jarak warung Madura yang satu dengan yang lainnya berdekatan, ia menilai hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya aturan terkait itu.

“Dari observasi yang saya lakukan, ada empat perusahaan besar di Bali ini yang menjadi holding bisnis ini. Keberadaan warung Madura yang berdekatan satu dengan yang lainnya, karena memang tidak bisa diatur dan memang tidak ada regulasinya,” ungkapnya.

Dia lantas menyinggung aturan terkait jarak antara satu mini market dengan minimarket lainnya sekitar 400 meter. Ia menyebut aturan itu pun tidak bisa diikuti dengan baik oleh para pelaku bisnis retail modern.

Di sisi lain, Raka tak menampik waktu operasional 24 jam turut menjadi daya tarik masyarakat untuk berbelanja ke warung Madura. Disinggung terkait adanya imbauan Kelurahan Penatih, Denpasar, agar warung Madura tidak buka melebihi pukul 00.00 Wita, ia menilai hal itu bertujuan untuk mengantisipasi potensi gangguan keamanan saat malam hari.

“Itu yang mungkin ditakutkan atau dikhawatirkan oleh pihak keamanan, khususnya mungkin pecalang atau Satpol PP,” pungkasnya. (dt/sb)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER