DENPASAR – Kepala SMPN 5 Denpasar Putu Eka Juliana Jaya mengatakan aksi sebagian besar guru yang absen selama beberapa waktu dikarenakan ajakan boikot. Saat ditelusuri, Eka menuturkan guru-guru yang absen seolah sepakat untuk tak mengangkat telepon atau menjawab WhatAspp.
Eka pun bercerita asal muasal boikot diduga dari workshop yang digelar pada 19 April 2023 lalu. Kegiatan itu hanya dihadiri oleh belasan guru, sedangkan sisanya tidak dapat dihubungi.
“Kemudian, saya datangi satu per satu ke rumahnya dan saya mendapatkan clue (petunjuk) ada beberapa orang yang memang mengajak melakukan boikot untuk tidak mengangkat telepon dan menjawab WhatsApp (dari saya),” ujarnya, Rabu (10/5/2023).
Absennya guru-guru berlanjut pada 26 April 2023 dan diketahui belasan guru menyampaikan aspirasinya ke Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar.
Tidak hanya itu, mereka juga menyampaikan aspirasinya ke Wali Kota Denpasar hingga arahan Wali Kota Denpasar dibentuklah tim monitoring untuk mengkaji kejadian di SMPN 5 Denpasar.
Menanggapi itu, Eka mengaku siap menerima apapun hasil kajian tersebut. “Selama ini, kami (pembelajaran di sekolah) berjalan seperti biasa dengan guru yang ada. Memang, beberapa memberikan tugas melalui WhatsApp,” tuturnya.
Eka menyebut hanya dia dan sekitar lima guru saja dan dibantu beberapa pegawai melakukan kegiatan di sekolah. Mereka melayani sekitar 1.000 siswa. Adapun, jumlah tenaga pendidiknya sebanyak 37 guru.
“Karena kondisi darurat ini, kami amini saja dulu sampai dengan saat ini kami berkoordinasi selalu dengan Disdikpora. Syukur dan astungkara hari ini kami berhasil menuntaskan penilaian akhir tahun untuk meluluskan anak-anak dan kenaikan kelas,” imbuh dia.
Berdasarkan catatan Eka, sebagian besar guru sudah absen sebanyak 10 kali. Namun, menurut absensi dinyatakan hadir selama periode tersebut. Ia menduga absensi dilakukan di ‘balik meja’ yang dikoordinasi oleh satu orang.
“Apa yang disampaikan mereka bahwa merasa tertekan, psikis dan mentalnya hancur, menurut saya itu tidak sampai di pikiran saya. Guru menganggap tujuh bulan ini tidak kondusif, tapi toh selama ini kami melakukan presentasi dan pencapaian yang luar biasa,” ungkap Eka.
Disinggung soal tudingan guru bekerja di luar tupoksinya, seperti membersihkan WC, Eka pun membantah. “Itu tidak benar. Itu cerita pada Oktober 2022, itu pun karena memang ada surat dari Wali Kota untuk melakukan pembersihan bersama. Jadi, itu tidak benar dan hoaks,” tegasnya.
Kuasa Hukum Eka, Togar Situmorang, menambahkan absennya sebagian guru melanggar kode etik dan melepaskan tanggung jawab pengajar. “Tidak ada alasan guru tidak masuk, tidak mengajar, dan hanya mengirimkan tugas via WhatsApp,” jelasnya.
Ia pun meminta Disdikpora untuk bersikap atas kejadian ini. Ia juga menegaskan guru yang tidak terima atau ingin menggulingkan Eka dari jabatan Kepsek dengan cara-cara tidak elegan dan melawan aturan, maka akan berhadapan dengan hukum. Sebab, Eka akan menempuh langkah hukum.
“Tuntutan guru ini tidak pada tempatnya, karena yang berhak mengangkat dan memberhentikan Kepsek adalah Wali Kota. Itu pun, ada prioritasnya. Kalau memang dianggap fatal, tanpa demo pun saya kira Kepsek sudah diberhentikan,” katanya.
Lebih jauh Togar menantang guru-guru yang tidak cocok bekerja di SMPN 5 Denpasar untuk mengundurkan diri, ketimbang membuat recok. “Dan kenapa harus ada jilid kedua, padahal jilid pertama sudah selesai,” tuturnya.
Togar mengingatkan akan mengumpulkan bukti-bukti berupa pesan WhatsApp berantai dan pernyataan guru di media hingga absensi guru. “Inspektorat harus masuk, agar ada sanksi kinerja. Bahkan, tidak menutup kemungkinan kalau terbukti memprovokasi, dipecat tidak hormat sebagai guru. Itu yang kami harapkan,” tandasnya. (BIR/nor/dtc)