DENPASAR – Dalam setiap Tradisi Ngerebong di Desa Adat Kesiman, Denpasar, Bali, pembuatan penjor menjadi salah satu bagian paling dinanti-nanti setiap Sekaa Teruna Teruni (STT). Pasalnya, dalam pembuatan penjor, setiap STT akan berlomba-lomba menghadirkan penjor terbaik.
Ketua STT Binnayaka Dharma Banjar Ujung Kesiman Ida Bagus Indra Saputra (27) ditemui di sela-sela pemasangan penjor, mengatakan butuh kreativitas dan kerja sama antar anggota STT dalam pembuatan penjor ini.
“Rata-rata usia yang ikut buat penjor di tempat kami dari anak-anak sampai krama banjar. Antusias mereka setiap menjelang Ngerebong cukup tinggi karena memang acara ini kan bergengsi di Desa Kesiman,” ungkapnya, Sabtu (21/1/2023).
Meski dilombakan, Indra mengaku tidak terlalu berambisi meraih juara. “Lebih kepada bisa buat penjor yang terbaik saja. Kalau masalah juara belakangan. karena yang penting kami bisa ngatur ngayah di desa. Itu sudah cukup sebenarnya,” ujarnya.
Untuk pembuatan penjor kali ini, STT Binnayaka Dharma menghabiskan waktu kurang lebih hampir dua minggu, dengan anggaran Rp 2,2 juta dari kas banjar. Walaupun anggaran hanya berasal dari kas banjar, kata Indra, tak serta merta mengurangi semangat anggota STT.
“Untuk Penjor kali ini kami dapat ide dari teratai biru, karena itu di penjor kami dominan warna biru. Kami juga isikan buah-buahan seperti tebu sampai pisang. Jadi, kami tidak hanya berkreativitas, tapi makna penjor itu tetap ada,” terangnya.
Pantauan detikBali di kawasan Pura Agung Petilam, Desa Adat Kesiman, STT dari 32 banjar telah mulai mempersiapkan penjor masing-masing untuk segera dipasang. Penjor-penjor ini nantinya dipasang selama satu minggu terhitung sejak Sabtu (21/1/2023).
Sebagai informasi, Tradisi Ngerebong digelar setiap enam bulan sekali di Pura Agung Petilan. Upacara ini dipercayai sebagai manifestasi dari pengabdian kepada Ida sang Hyang Widi Wasa. Ada yang unik dalam pelaksanaan Ngerebong, yaitu keris, ngurek, dan penjor megah. (irb/gsp/dtc)